"Sakit dalam perjuangan itu hanya berlangsung sementara. Namun jika kau menyerah sekarang, rasa sakit itu akan terasa selamanya."
----------
Senin. Hari dimana awal dari semua aktivitas dimulai. Pukul sembilan nanti kelas baru dimulai. Sekarang pukul delapan lebih lima belas.Aku yang sudah menunggu dari sepuluh menit yang lalu ini sedang membaca novel yang waktu itu kubeli dengan Karin.
"Assalamualaikum." Seseorang menepuk pundakku.
Aku menoleh, "Eh, Karin. Waalaikumsalam."
"Lagi baca apa?"
"Ini buku yang waktu itu dibeli bareng kamu."
"Oh, yang Pangeran-ku, kan?"
"Iya."
"Aku lapar nih, temenin aku ke kantin yuk." Karin memegangi perutnya.
"Emang kamu belum makan?" Tanyaku.
"Belum." Karin memunculkan puppy eyes nya.
"Ya udah, ayo." Kataku segera menutup buku dan menandakan halaman terakhir yang kubaca dengan melipatnya lalu memasukkannya ke dalam tas.
"Karin, Anisa." Laki-laki dengan postur tubuh tinggi dan kurus menghampiriku dan Karin.
Aku dan Karin menunggu orang itu hingga sampai di depan kami.
"Assalamualaikum." Salamnya.
"Waalaikumsalam." Jawabku dan Karin.
"Kalian mau kemana?" Tanya lelaki itu.
"Mau ke kantin." Jawabku.
"Boleh bareng?"
"Emang kamu nggak ada kelas?" Tanya Karin terlihat tidak suka.
"Ada, tapi baru dimulai jam sembilan nanti." Jelas Zafar, lelaki yang tadi menghampiri kami.
"Oh berarti sama, kita juga baru mulai kelas jam nggak. Kalau mau bareng ayo aja." Kataku.
"Anisa." Karin menyubit pinggangku.
"Kenapa?" Kulihat raut wajah Karin berubah menjadi cemberut.
"Ayo." Zafar membuatku dan Karin menoleh bersamaan.
"Ah iya, ayo." Aku menyusul Zafar sambil menarik tangan Karin.
***
"Zafar, duduk disini aja." Ujarku.
Kami duduk di kursi panjang dengan meja panjang juga. Aku dan Karin duduk bersampingan. Sedangkan Zafar duduk disebrang kami, lebih tepatnya di depan Karin.
"Karin, kamu nggak jadi pesan makan? Katanya tadi lapar." Aku menoleh pada Karin yang sedang melamun.
"Iya, ini mau pesen." Karin beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah tukang batagor.
"Kamu nggak pesen makan juga?" Tanya Zafar padaku yang sedang fokus pada layar ponsel.
"Saya kesini cuma mau antar Karin aja. Kamu sendiri nggak pesan makan?"
"Nggak lapar."
"Terus kenapa ke kantin? Ah, maaf bukan maksudnya saya ngelarang buat ikut, kalau ke kantin tapi nggak makan kan-" Belum sampat meneruskan kata-kataku, Zafar sudah memotong.
"Haha, iya santai aja. Saya mau tanya soal Karin."
"Karin?"
"Iya. Kamu udah berapa lama berteman dengan Karin?" Tanyanya tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
Fiksi Umum[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...