ADT*21 {Pukulan}

2.9K 125 2
                                    

"Nanti ada masanya apa yang engkau ingin menjadi nyata, sekarang teruslah berusaha dan menguatkan doa-doa. Semoga semesta turut meng-aamiin-kannya."

----------

Esoknya, saat matahari sudah menampakkan dirinya dilangit dengan riangnya. Aku duduk di teras sambil memangku tas.

"Assalamualaikum," salam terdengar dari seseorang yang sedang berjalan ke arahku dengan senyum mengembang.

Aku tersenyum, "Waalaikumsalam. Kok lama sih?"

"Tadi perut aku sakit," jawab perempuan dengan gamis hitamnya itu.

"Sekarang perutnya masih sakit?" Tanyaku.

"Udah nggak. Mau berangkat sekarang?" Tanya Karin.

"Ayo."

"Bunda kamu mana?"

"Ada di dalam."

"Aku mau ketemu bunda kamu, kangen."

"Haha, ayo ke dalam."

Aku dan Karin masuk ke dalam rumah ini. Dan mencari keberadaan bunda.

"Assalamualaikum," salam Karin saat memasuki rumah yang berpenghunikan empat orang ini.

Bunda menoleh dan tersenyum, "Waalaikumsalam. Eh ada Karin, kemana aja? Gimana kabarnya? Udah lama nggak main kesini."

Karin mencium tangan bunda, "Alhamdulillah, Karin sehat. Kabar tante sendiri gimana?"

"Alhamdulillah, tante juga sehat. Kamu kesini sama siapa?"

"Sendiri, Tan."

"Nginep ya?" Ucapan bunda terdengar seperti memaksa.

"Karin kesini mau berangkat kuliah bareng sama Anisa. Lain kali aja ya, Tan."

Bunda mendengus kecewa, "Yahh."

"Karin, berangkat sekarang aja yuk," bisikku pada Karin.

"Sekarang? Ya udah."

"Bun, Anisa sama Karin berangkat ya."

"Iya, hati-hati."

Setelah mengecup punggung tangan bunda, aku dan Karin keluar.

"Mau naik apa?" Tanya Karin saat aku sudah selesai menutup gerbang.

"Ahjek?" Usulku.

"Ya udah. Aku yang pesen ya?"

"Oke."

Karin memesan sebuah Ahjek Car. Kami menunggu di depan gerbang.

Satu menit.

Dua menit.

Lima menit.

Sepuluh menit.

Karin meremas-remas ujung jilbabnya kesal, "Lama banget sih."

Aku dan Dia Ta'aruf?!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang