ADT*28 {Kalung}

2.2K 112 0
                                    

"Hal kecil seperti itu cukup untuk membuatku bahagia."
-Anisa-

---------

"Anisa," panggil orang di sebelahku.

Aku menoleh pada orang yang sedang memegang setir pengemudi.

"Aku mau tanya," katanya.

Aku mengerutkan kening, "Tanya apa?"

"Um--" Alvar terlihat gugup. "Laki-laki yang selalu bareng kamu itu siapa?"

Maksud Alvar adalah Fatur? Apa aku belum bilang pada Alvar kalau Fatur itu calon suamiku? Ah-- iya juga, kapan aku pernah bilang?

"Itu--"

Kring! Kring!

Ponselku berbunyi. Aku mengambil ponselku dari dalam tas.

"Aku angkat telepon dulu sebentar ya," kataku pada Alvar.

Alvar tersenyum canggung, "Iya."

"Halo, assalamualaikum," kataku tertuju pada orang di sebrang telepon.

"Waalaikumsalam," salamnya balik. "Kamu sekarang dimana?"

"Aku lagi di jalan, mau pulang."

"Sendiri?"

"Nggak kok, aku diantar temanku yang tadi."

Fatur terdengar sedang menghela napas kasar, "Ya udah, hati-hati."

"Iya."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Aku kembali memasukkan ponselku ke dalam tas. Lalu bola mataku beralih pada luar jendela mobil. Ternyata sudah sampai di area perumahan-ku.

Setelah sampai di depan gerbang rumahku, aku tersenyum dan berterimakasih kepada Alvar. Kemudian aku membuka pintu mobil dan menunggu sampai mobil Alvar berlalu. Tapi si pemilik tiba-tiba keluar dan menghampiriku.

Aku menautkan alis. Kenapa Alvar malah menghampiriku?

"Anisa," Alvar menatapku. Aku tahu dari raut wajahnya kalau ia sedang gugup. Tapi, gugup karena apa?

"Ya? Kenapa?" Tanyaku.

Alvar mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Benda berbentuk kotak berwarna merah. Tampak sangat familier. Kemudian Alvar memberikan benda itu padaku.

"B-buat kamu," katanya.

Apa? Buatku? Tapi ini apa? Kenapa Alvar memberiku ini?

Aku menerima benda itu, "Ini apa?"

"Kamu bisa liat didalam nanti," Alvar tersenyum. "Kalau gitu aku pamit, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," kataku. "Alvar, makasih."

Alvar mengangguk sambil tersenyum. Lalu berjalan ke arah tempat pengemudi. Ia membuka pintu mobilnya. Sebelum masuk, Alvar tersenyum dulu ke arahku. Senyuman manis yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Setelah mobil Alvar berlalu dari depan gerbang rumahku, aku membuka gerbang dan masuk.

"Baru pulang, Non?" Tanya Pak Saiful yang sedang berjaga di pos satpam rumah.

Aku tersenyum lalu mengangguk, "Iya, Pak. Kalau gitu Anisa masuk dulu ya."

"Iya, Non," Pak Saiful benar-benar orang yang sangat ramah. Ayah tidak salah memilih Pak Saiful sebagai satpam rumah ini.

Aku dan Dia Ta'aruf?!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang