ADT*27 {Alvar dan Restoran}

2.3K 123 0
                                    

"Pedulinya seseorang terhadapmu ialah yang selalu mengkhawatirkanmu. Cintanya seseorang terhadapmu adalah takutnya bila engkau berbuat salah dan bahagia bila engkau semakin membaik."

----------

"Anisa." Panggil seseorang yang sedang berdiri dihadapanku ini. "Jangan bengong terus."

"Iya." Aku menyambar helm yang diberikan orang itu.

"Naik."

Aku mengangguk, "Iya."

Motor yang aku tumpangi terus melaju hingga sampai ke kampus. Selama perjalanan pun aku hanya diam. Dan orang yang mengantar aku pun lebih banyak diam. Aku tidak tahu situasi macam apa ini. Situasi ini seperti saat aku baru pertama kali bertemu dengannya.

"Kamu kenapa sih dari tadi diam aja?" Tanyanya setelah aku melepas helm dan memberikannya pada orang itu. "Kamu masih sakit?"

"Nggak. Aku nggak apa-apa." Aku menunduk, berusaha tidak kontak mata dengan orang itu.

"Ayo, aku antar ke kelas." Orang itu-- ah maksudku Fatur menggandeng tanganku.

Hangat.

Bolehkah aku sedikit egois? Aku ingin tangan besar yang menggandengku ini, selamanya akan menggandeng tanganku. Yaa, hanya tanganku.

Ah, mungkin aku terlalu berharap. Kalau kita terlalu berharap, ujungnya pasti sakit kan?

"Udah sampai." Aku dan Fatur berdiri disamping pintu kelasku. "Anisa. Harus berapa kali aku bilang? Jangan bengong terus. Kalau kamu sakit, aku antar pulang lagi."

"Aku nggak apa-apa." Kata-kata itu lagi yang keluar dari mulutku. "Makasih." Aku melangkah masuk ke dalam kelas.

Tapi, sebuah tangan mencegahku. Tangan itu menarikku kembali.

"Kamu kenapa?" Tanyanya untuk kesekian kali. "Kalau ada masalah, cerita sama aku. Kalau ada yang nyakitin kamu, bilang sama aku, biar aku habisin orangnya."

Gimana aku mau bilang? Kamu yang buat aku gini.

Aku menggeleng lemah.

"Aku nggak apa-apa." Kataku.

"Kata-kata itu lagi yang keluar dari mulut kamu." Fatur menghembuskan nafas kasar. "Kalau kamu nggak mau cerita, ya udah, nggak apa-apa. Tapi, jangan siksa diri kamu. Aku nggak mau liat kamu sakit. Aku mohon, jangan buat diri kamu menderita."

Se-khawatir itukah?

"Iya, maaf."

"Ya udah, sekarang masuk. Kalau udah selesai kelas, telfon aku aja." Fatur tersenyum, mengelus kepalaku lembut.

"Makasih. Aku masuk dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

***

"Alvar."

"Ya?" Orang yang aku panggil menoleh. "Kenapa, Anisa?"

"Um-- ini jaket kamu. Makasih ya." Aku memberikan jaket hitam yang kemarin sore dipinjamkan Alvar. "Maaf juga kemarin ngerepotin."

"Iya, sama-sama." Alvar tersenyum. "Nggak ngerepotin kok."

"Ya udah, kalau gitu aku permisi ya."

"Eh-- tunggu dulu!" Suara Alvar mencegahku.

"Kenapa?"

"Kamu udah makan belum?" Tanya Alvar dengan sedikit raut wajah keraguan. "A-aku mau ajak kamu makan. Kamu mau nggak?"

Aku dan Dia Ta'aruf?!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang