Jangan katakan pada Allah, "Ya Allah aku punya masalah besar."
Tapi katakan, "Wahai masalah, aku punya Allah yang Maha Besar."
----------
"Sudah kan? Habis ini mau kemana lagi?" Tanya Fatur.
Aku menoleh, "Aku lapar, kita makan ya."
"Iya iya." Fatur berjalan meninggalkanku yang masih sibuk mengikat tali sepatu.
"Tunggu dong." Aku berlari mengikuti langkah Fatur.
"Lama banget sih cuma ikat sepatu aja, itu tuh kode ya biar aku ikati tali sepatunya." Goda Fatur.
"Kode apaan? Nggak kok, ge-er banget jadi orang." Sahutku.
Fatur kembali memberikan helm biru padaku. Aku menaiki motor hitamnya. Aku dan Fatur pergi meninggalkan tempat karnaval ini.
"Aduh ribet banget." Gumamku yang sedang memegang boneka teddy bear berwarna coklat yang lumayan besar.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Fatur yang sebelumnya telah memberhentikan motornya dipinggir jalan.
"Ini bonekanya ngajak berantem." Kataku.
"Bukan bonekanya, tapi kamu." Jelas Fatur sambil tertawa.
"Lah kok aku?" Aku mengangkat kedua alisku.
"Iya lah kamu, karena kamu disini jadi gini." Ledek Fatur yang membuatku marah.
"Oh jadi maksud kamu, kamu ngusir aku gitu? Ya udah kalau dari awal gini, nggak usah ajak aku jalan-jalan. Lain kali juga nggak usah ajak aku main, aku mau pulang naik angkot aja." Aku langsung berjalan meninggalkan Fatur.
"Anisa, bukan itu maksud aku. Aduh aku salah ngomong. Katanya kamu lapar, ayo kita cari tempat makan yang enak." Rayuan Fatur tidak mempan bagiku.
"Sekarang aku udah nggak lapar, kamu makan aja sendiri." Kataku tanpa menoleh.
Lalu datanglah sebuah angkot berwarna biru, aku langsung menaikinya bersama teddy bear.
"Anisa." Panggil Fatur.
"Mas, mau naik nggak?" Tanya supir angkot sedikit emosi.
"Eh nggak, Bang. Anisa turun dong." Fatur terus meneriakkan namaku, namun itu percuma saja karena angkot yang kunaiki semakin jauh.
Aku berkali-kali mendapatkan ponselku berdering. Dan lagi-lagi itu dari Fatur. Aku mematikan ponselku agar tidak ada suara deringan lagi.
"Pak, kiri." Kataku lalu turun dan memberikan ongkos pada supir angkot.
Aku berjalan menuju rumah seorang diri. Tadinya aku senang diajak jalan-jalan oleh Fatur, tapi itu semua sirna karena kejadian tak terduga tadk.
"Assalamualaikum." Aku memasuki rumah tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Waalaikumsalam." Jawab penghuni rumah yang sedang menonton televisi.
Aku menyalami kedua tangan ayah dan bunda.
"Kok cepet banget, Kak?" Hana mengoceh-ngoceh. "Nggak ada oleh-oleh buat Hana?"
"Nih." Aku memberi boneka teddy bear yang tadi kudapat dari Fatur.
"Wah lucu. Makasih, Kak." Hana memeluk boneka itu.
"Anisa masuk kamar dulu." Kataku lalu berjalan ke kamar.
"Kak Anisa kenapa, Bun?" Tanya Hana pada bunda.
"Mungkin kecapekan." Jawab bunda meyakinkan.
Aku memasuki kamarku yang bernuansa minimalis itu. Aku merebahkan tubuhku diatas kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
Fiction générale[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...