Suasana malam serta suara dari berbagai mesin kendaraan turut menemani malam seorang laki-laki di dalam mobilnya. Ia hanya fokus menatap jalanan di depan dengan pikiran yang melayang-layang entah kemana.
Drttt drttt.
Ia meraih ponselnya, menekan tombol hijau disana dan menempelkannya pada telinga.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsam, Ummi. Ada apa?" tanya orang itu dengan sebelah tangan memegang setir mobil.
"Kamu dimana, Alvar? Ummi khawatir, jam segini kok belum pulang juga?"
"Alvar lagi di jalan kok, sebentar lagi sampai di rumah. Ummi tidur aja duluan, nggak usah nungguin Alvar."
"Yasudah, hati-hati ya, Nak."
"Iya, Ummi. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Pip.
Sambungan berakhir. Ia menyimpan ponselnya kembali pada saku celananya. Lalu, tiba-tiba saja kejadian tadi siang kembali teringat dan masuk secara brutal ke dalam pikirannya. Ia menggigit bibir bawahnya sambil mengeratkan tangannya pada setir mobil.
"Anisa, aku boleh tanya?" tanya Alvar dengan jantung yang berdegup tak karuan.
Anisa menoleh. "Iya, tanya apa?"
Alvar tampak ragu-ragu. "Um-- tadi itu siapa?"
"Itu ... calon suami aku."
Deg.
"C-calon suami?" ulang Alvar.
Anisa mengangguk. "Iya. Setelah ujian selesai, InsyaAllah kami akan menikah."
Alvar memejamkan matanya, menggertak gigi-giginya hingga menimbulkan bunyi.
Bruk!
Mata Alvar membulat sempurna saat bagian depan mobilnya seperti menabrak sesuatu. Buru-buru ia mematikan mesin mobilnya dan melepas seatbelt lalu keluar dari mobil.
Seseorang sudah terbaring lemah di atas jalanan aspal dengan paper bag yang isinya berserakan. Alvar berjongkok, mengguncang pelan tubuh orang itu dan berharap agar orang itu bangun. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada pergerakan apa-apa dari orang itu.
Alvar mengusap wajahnya kasar, berdiri dan berkacak pinggang dengan wajah yang gelisah.
'Apa yang harus aku lakukan?'
***
"HEY, APA YANG SUDAH LO LAKUIN KE ADIK GUE!? LO BUAT ADIK GUE CELAKA!" teriak seorang pria tepat di depan wajah Alvar sambil menarik kerah bajunya dengan kasar.
"Maaf, saya tidak sengaja menabrak adik Anda," jelas Alvar sambil berusaha melepaskan genggaman erat orang itu pada kerah bajunya.
"ENAK BANGET LO NGOMONG GITU. ADIK GUE YANG NGGAK TAHU APA-APA MALAH DITABRAK DAN KRITIS DISANA!" tunjuknya pada salah satu ruangan bertuliskan ICU.
Orang-orang disekeliling mereka mulai memperhatikan mereka dengan bisikan-bisikan. Beberapa petugas rumah sakit pun sudah turun tangan untuk memisahkan mereka berdua.
"AWAS LO! LO NGGAK AKAN HIDUP TENANG SELAGI ADIK GUE MASIH ADA DI DALAM RUANGAN ITU!" teriaknya bersamaan dengan dibawanya orang itu oleh pihak rumah sakit ke tempat yang lebih aman dan jauh dari Alvar. Orang-orang di sekitarnya mulai menghilang satu per satu dari hadapan Alvar.
Alvar menyandarkan tubuhnya pada tembok rumah sakit, ia mengacak-acak rambutnya gusar. Perlahan-lahan, tubuhnya merosot hingga ia terduduk di lantai marmer rumah sakit itu. Tangannya merogoh sesuatu dari dalam saku celananya, ponsel. Ia menghidupkan benda itu namun tidak kunjung mengeluarkan cahaya pada layarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
Aktuelle Literatur[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...