"Aku benar-benar tidak tahu mengapa aku bisa merasakan hal ini." -Anisa-
------------
"Assalamualaikum."
Begitu aku memasuki rumah, tercium bau masakan yang memikat hidung. Aku mengikuti arah bau masakan itu. Dan kulihat Bunda sedang berkutat di dapur dengan wajah yang sangat serius, mungkin sampai tidak mendengar salamku tadi.
"Assalamualaikum, Bun," ucapku sekali lagi.
Bunda menoleh. "Eh? Waalaikumsalam, tangan Bunda kotor nih, Kak."
"Enggak apa-apa, Bun," aku mencium tangan Bunda yang sedikit kotor. "Anisa langsung ke kamar, ya."
"Iya, nanti Bunda panggil kalau masakannya udah matang."
"Iya, Bun."
Aku kembali melanjutkan langkahku untuk menuju ke kamarku. Rasanya badanku ini remuk semua. Kepalaku pun terasa berdenyut dari segala sisi. Aku langsung merebahkan tubuhku begitu sampai kamar --sebelumnya tas sudah aku simpan di atas meja belajarku.
"HACHIII!" aku refleks menutup mulutku saat serangan gatal tiba-tiba dari hidungku. "Alhamdulillah."
"HACHIII!" aku masih menutup mulutku. "Alhamdulillah."
Kepalaku seakan-akan berat, dan badanku lemas. Aku perlahan memejamkan mata. Mungkin dengan tidur sebentar pusing ini akan hilang.
Tring!
Aku langsung membuka mataku kembali saat mendengar suara denting dari ponselku. Aku bangun dan mengambil tas yang tadi kuletakkan di atas meja belajar. Lalu merogoh benda persegi.
Fatur
Kamu dimana?Pusingku hilang seketika saat melihat siapa pengirim pesan itu.
Tring!
Fatur
Aku cari ke kelas tapi kamu nggak ada.
Terus aku tanya ke Karin, katanya kamu udah pulang.
Kamu kenapa? Kalau ada sesuatu omongin dong sama aku.Maaf.
Dengan tangan yang gemetar, aku mengetikkan beberapa kata agar Fatur tidak khawatir lagi padaku. Hm, tidak khawatir? Apa aku sanggup jika melihat Fatur yang seperti itu?
Aku nggak apa-apa. Kamu tenang aja.
Send.
***
"... kak."
"... kakak."
"Kak, ayo bangun."
Aku membuka mata perlahan. Cahaya lampu langsung menusuk kedua mataku saat itu juga. Aku menoleh ke kanan, Bunda sedang berdiri sambil menatapku khawatir.
"Kakak sakit?" Tanya Bunda lembut sambil mengusap kepalaku.
Aku? Sakit?
Ah, badanku terasa remuk semua saat aku berusaha bangun. Pandanganku tidak tentu, seperti sedang berputar-putar.
"Wajah kakak pucat banget loh. Hari ini nggak usah ke kampus dulu, ya?" Bunda duduk di tepi ranjang, lalu meraih tanganku.
Aku menggeleng pelan. "Enggak, Bun. Anisa nggak apa-apa. Anisa tetap akan berangkat ke kampus."
"Istirahat dulu aja sehari, kalau dipaksakan nanti tambah parah."
"Anisa beneran nggak apa-apa kok, Bun. Ini cuma pusing biasa aja, nanti juga bakal hilang pusingnya," kataku sambil tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
General Fiction[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...