07.

900 108 38
                                    

"Eomma. Maksudmu apa?"

"Tidak. Lupakan saja ucapanku barusan. Habiskan makananmu. Aku harus bersiap-siap untuk pergi apotek sekarang." ucap Ilhwa.

Ilhwa pun langsung beranjak pergi dari meja makan. Meninggalkan Chaeyeon yang masih kebingungan. Dia hanya bisa diam menatap punggung ibunya yang sudah masuk ke dalam kamarnya.

Sekarang, Chaeyeon jadi gelisah. Tapi sebisa mungkin dia menuruti ucapan ibunya barusan untuk melupakan apa yang dikatakan Ilhwa barusan.

..

"Imo. Terima kasih banyak sudah mau repot-repot mengantarku." sahut Arin.

"Tidak masalah, Arin. Aku hanya takut jika terjadi sesuatu lagi padamu. Jadi aku menemanimu." ujar Yeonwoo.

"Hm... Seharusnya Eomma yang menjagaku semalam, bukannya Imo. Aku jadi tidak enak aku dan Eomma sudah banyak merepotkanmu. Maafkan ibuku, Imo." ujar Arin.

Begitu mendengar ucapan Arin, Yeonwoo langsung tersenyum miring. Tampaknya Arin tidak mengingat saat dirinya mengigau di hadapan Chaeyeon semalam.

"Tidak apa, Arin. Ibumu memang menyuruhku untuk menjagamu karena dia sedang kelelahan bekerja." jelas Yeonwoo—berbohong lagi.

"Tuh 'kan..." gerutu Arin.

"Sudah, sudah. Sebentar lagi waktunya masuk. Kalau zaman Imo dulu jam segini itu sudah ada guru killer yang menjaga gerbang. Kau beruntung lahir di zaman ini, Arin. Tidak ada yang namanya guru killer lagi." ujar Yeonwoo sambil tertawa.

"Hehe. Kalau begitu, aku duluan. Sampai nanti, Imo!" seru Yeonwoo seraya melambaikan tangannya dengan senyuman lebar di wajahnya.

Yeonwoo pun membalas lambaian tangan Arin. Senyumnya pun sama lebarnya seperti gadis itu. Setelah itu, Arin pun sudah masuk ke dalam sekolahnya. Mood-nya sedang baik sekarang. Dan tentu saja itu berkat Arin, gadis yang ingin ia anggap sebagai anaknya itu.

"Hm. Sekolah ini tidak berubah, ya." gumam Yeonwoo saat melihat lagi sekolah lamanya itu.

Mendadak, kenangan bersama mantan pacarnya dulu dan teman-temannya dulu terekam lagi di otaknya. Mengingatnya membuat Yeonwoo tersenyum sendiri, apalagi tentang mantan pacarnya, Jaehyun.

Merasa tidak ada keperluan lagi, Yeonwoo pun langsung memasuki lagi taksi yang barusan dia gunakan.

..

"Apa menurutmu ini bagus?"

"Hm. Menurut saya itu bagus."

"Ah... Tapi, tidak. Terlalu kekanakkan."

"Coba Anda lihat katalog yang ini. Saya lihat banyak anak muda yang membeli merk ini."

Jaehyun pun mengambil iPad yang Youngho sodorkan kepadanya.

"Hhh... Kenapa peralatan sekolah zaman sekarang bentuknya aneh-aneh, eoh? Aku jadi bingung mau memberikan yang bermerk atau yang biasa saja." gerutu Jaehyun sambil mengusak rambutnya.

"Kalau boleh tahu, tas ransel ini untuk siapa? Laki-laki atau perempuan?" tanya Youngho.

"Perempuan. Dia masih SMA." jawab Jaehyun.

"Ah... Apa dia keponakanmu?"

"Bukan."

Youngho pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Presdir, sepertinya kalau hanya kita yang memilih tas ransel akan memakan waktu lama. Mengingat anak SMA yang ingin kau berikan adalah perempuan, kenapa kita tidak minta bantuan kepada Sekretaris Jung?" usul Youngho.

Kind Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang