17.

842 93 19
                                    

Yeonwoo menyodorkan teh hangat kepada Jaehyun. Pria itu mengambil teh hangat itu sambil melihat ke arah Yeonwoo.

Keduanya tidak bisa lepas pandangan. Entah karena masih terkejut atau karena rasa rindu keduanya.

Yeonwoo memilih memalingkan pandangannya duluan. Melihat Yeonwoo yang seperti itu membuat Jaehyun tersadar dan dia juga ikut memalingkan pandangannya.

Yeonwoo pun duduk di kursi sebelah Jaehyun. Mereka meminum teh hangat yang ada di tangan masing-masing dengan perasaan canggung.

"Maaf membuat punggungmu sakit." ucap Yeonwoo—membuka percakapan duluan.

"Tidak apa." balas Jaehyun.

"Aku tidak tahu kalau kau ada di sini. Aku tidak tahu kita akan bertemu seperti tadi." sahut Yeonwoo.

"Aku juga. Tapi kau baik-baik saja 'kan?" tanya Jaehyun.

Yeonwoo menolehkan kepalanya saat Jaehyun menanyakan keadaannya. Jantungnya mulai berdebar-debar saat mata mereka bertemu lagi.

"Aku hanya sedang tidak enak badan." jawab Yeonwoo—wajahnya memerah.

"Pantas. Kau hampir terjatuh tadi." ujar Jaehyun.

Yeonwoo hanya tersenyum kecil. Kemudian dia melihat ke arah plastik belanja Jaehyun.

"Kau berbelanja untuk siapa?" tanya Yeonwoo—penasaran sekaligus berbasa-basi.

"Ah, ini. Untuk diriku sendiri." jawab Jaehyun—sedikit salah tingkah.

"Kau... Kau masih sendiri?"

Pertanyaan dari mulut Yeonwoo itu cukup sukses membuat Jaehyun membeku. Dia melihat ke arah Yeonwoo dengan tatapan canggung. Pertanyaan itu cukup membuat Jaehyun ciut.

"Iya." jawab Jaehyun—jujur.

"Kenapa? Apa kau tidak ingin mencari?" tanya Yeonwoo—bercanda.

"Bukan begitu. Aku hanya terlalu sibuk bekerja." kilah Jaehyun.

"Bohong."

"Yeonwoo—"

"Karena kau tidak ingin melihat wanita lagi setelah kejadian itu 'kan?" sela Yeonwoo.

Jaehyun terdiam. Ucapan Yeonwoo itu justru benar. Bukan karena Jaehyun sangat mencintai Yeonwoo. Justru karena Jaehyun muak dengan wanita yang meninggalkannya karena menikah dengan pria kaya.

Tapi Jaehyun tidak mungkin mengatakan hal seperti itu kepada Yeonwoo. Setidaknya dulu wanita itu sangat baik kepada Jaehyun.

"Aku mengerti, Jae. Ini semua salahku. Aku yang meninggalkanmu demi suamiku sekarang." ucap Yeonwoo.

"Tidak, Yeonwoo-ya. Jangan berkata seperti itu." sergah Jaehyun—lembut.

"Sekarang aku mendapat balasannya. Kau mungkin akan menertawakanku, Jae." tambah Yeonwoo.

"Cukup. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Kita sama-sama egois tapi itu sudah berlalu." ujar Jaehyun.

Yeonwoo tersenyum kecut. Dia tidak mungkin memberitahu Jaehyun kalau suaminya tidak bisa memberikan anak. Yeonwoo akan lebih malu lagi jika Jaehyun mengetahui hal itu. Bahkan sekarang Yeonwoo malu karena jantungnya masih berdebar-debar saat bertemu dengan Jaehyun. Seharusnya Yeonwoo tidak seperti ini.

Bahkan jantung Yeonwoo semakin berdebar saat melihat sebuah kalung yang menggantung di leher Jaehyun. Kalung pemberiannya beberapa tahun silam masih pria itu pakai hingga sekarang. Yeonwoo benar-benar telak karena dia pikir Jaehyun tidak memikirkannya lagi. Tapi dia salah karena sepertinya Jaehyun tidak pernah melupakannya.

Kind Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang