22.

944 126 48
                                    

"Jungwoo. Sepertinya pakaianku sudah kering." sahut Arin.

Sementara Jungwoo yang baru saja terbangun hanya memangut-mangut dan menguap lebar.

"Oh... Sebentar. Aku butuh waktu untuk bangun." desah Jungwoo.

"Aish! Cepat tutupi aku~ Aku tidak bisa membuka handuknya begitu saja di sini." bujuk Arin.

"Aish! Tidak akan ada yang melihat. Di sini tidak ada siapa-siapa selain kita." gerutu Jungwoo.

"Bagaimana jika orang itu berada di sini, eoh? Walaupun ini sudah fajar, tetap saja perasaanku masih tidak enak." gusar Arin.

Jungwoo hanya berdecak dan dengan malasnya mengambil selimut yang dia gunakan untuk tidur semalam.

Arin terkejut saat Jungwoo mendekat ke arahnya dan ke arah ranting tempat ia menjemur semua pakaiannya.

"Yak! Kenapa kau yang ke sini?! Di sini ada dalamanku!" pekik Arin—panik.

Jungwoo berdecak, "Tidak perlu seperti itu. Aku sudah melihatnya dengan jelas saat pakaianmu basah."

"Kim Jungwoo!"

"Kenapa? Kau malu memiliki ukuran yang besar itu? Hahahaha." ledek Jungwoo.

Arin mulai kesal, "Yak, saekkiya—"

Hampir saja Arin memukul Jungwoo sebelum pemuda itu menahan lengan Arin, "Cepatlah memakai pakaianmu. Aku bisa berdosa jika kau belum berpakaian sekarang juga."

Arin hanya mendengus kesal dengan wajah yang memerah saat Jungwoo menaikkan selimutnya. Arin pun bergegas memakai pakaiannya dan tidak ingin berlama-lama.

Setelah itu, keduanya kembali mencari jalan ke arah perkemahan. Untungnya, Jungwoo membawa jaket yang bisa Arin gunakan untuk menutupi tubuhnya itu.

"Sulit untuk melihat di peta jika kita sudah keluar batas." ujar Jungwoo—melihat petanya.

"Tentu saja. Kita hanya bisa berjalan mencari track untuk hiking sekarang. Setelah itu kita bisa mencari jalan ke arah perkemahan." sahut Arin.

Jungwoo hanya memangut-mangut. Dia melihat Arin yang bersusah payah untuk jalan. Jungwoo tahu kaki Arin masih sakit, namun gadis itu memaksakannya.

Saat di tengah perjalanan mereka, Arin terus melihat ke arah Jungwoo. Entah apa yang membuat gadis itu jadi menatap Jungwoo hingga pemuda itu menyadarinya.

"Apa?" Jungwoo langsung bertanya.

"Itu... Aku masih bingung saja. Kita bisa bertemu di hutan saat itu. Suatu hal yang kebetulan." ujar Arin.

"Ah... Kupikir juga begitu."

"Kau benar-benar mencariku sendirian?" tanya Arin.

Jungwoo hanya menganggukkan kepalanya tanpa melihat wajah Arin. Arin pun tersenyum tipis dalam diamnya.

"Saat kita sampai di Seoul nanti, aku akan menraktirmu makanan." ucap Arin.

Jungwoo tertawa sinis, "Hanya karena ini?"

"Yak! Dengan apa yang sudah kau lakukan, kau sudah menyelamatkan hidupku dari seorang psikopat." seru Arin.

Jungwoo tersenyum gemas melihat tingkah Arin. Dia hanya mengusak rambut gadis itu yang terurai panjang.

"Baiklah. Aku tunggu traktirannya."

"Hhh... Kau benar-benar berubah, Jungwoo." ucap Arin.

"Hm?"

"Dulu kau tempramen dan tidak peduli pada orang lain. Tapi sekarang kau berubah. Kau lebih peduli dan memikirkan orang lain. Aku senang dengan sikapmu sekarang. Kau terlihat keren. Hehe." sanjung Arin.

Kind Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang