26.

775 85 67
                                    

"Kapan kalian akan menikah?"

Pertanyaan itu sukses membuat Chaeyeon dan Jaehyun tersedak berbarengan. Arin kaget melihat Chaeyeon dan Jaehyun yang sama-sama mencari air minum untuk meredakan kerongkongan mereka.

"E—Eh? Apa aku salah bertanya?" bingungnya.

Chaeyeon mengambil nafasnya dalam-dalam, "Ah, Arin... Biar eomma jelaskan dulu. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan dulu. Jadi, eomma dan presdir belum memikirkan tentang pernikahan itu."

"Oh, begitu? Yah... Kalau kalian menikah, tadinya aku ingin meminta seorang adik." ceplos Arin.

"A—Arin..." gugup Chaeyeon—melihat ke arah Jaehyun yang telinganya sudah memerah.

"Arin... Maafkan ahjusshi. Untuk kali ini, kita seperti ini dulu. Aku dan ibumu masih sibuk dengan pekerjaan kami. Bulan depan pun aku dan ibumu harus pergi ke Hawaii untuk urusan bisnis." jelas Jaehyun.

"Hm... Ya, sudah. Aku hanya penasaran saja, kok. Hehe." cengirnya.

Jaehyun dan Chaeyeon sama-sama lega. Setidaknya Arin bisa mengerti kondisi Jaehyun dan Chaeyeon.

Namun di lain sisi, Chaeyeon merasa sedih dan berat hati. Keinginan Jaehyun untuk menikahi Chaeyeon mungkin telah hilang karena ucapan ibunya Chaeyeon.

Tapi Chaeyeon yakin kalau Jaehyun melakukan itu untuk menjaga perasaan keluarga Chaeyeon. Kondisinya sangat sulit untuk saling menerima keadaan masing-masing.

Setelah acara makan siang mereka selesai, Jaehyun dan Chaeyeon mengantarkan Arin pulang. Sementara Jaehyun dan Chaeyeon kembali pergi menuju kantor.

Kali ini Jaehyun yang menyetir. Biasanya Chaeyeon yang selalu bertugas untuk menyetir.

"Presdir. Maafkan aku membuatmu menyetir seperti ini." sahut Chaeyeon—tidak enak.

"Tidak apa~ Aku malu kepada Arin jika kau yang menyetir." tukas Jaehyun.

Chaeyeon tersenyum. Dia terus menatap wajah teduh Jaehyun. Pria itu mencoba untuk biasa namun wajahnya tetap terlihat sendu.

"Aku sudah tahu, kok." ucap Chaeyeon.

"Hm? Tentang apa?"

"Pembicaraanmu dengan ibuku."

Seketika Jaehyun langsung terkejut. Pria itu langsung memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.

Jantungnya mulai berpacu. Dia menatap ke arah Chaeyeon dengan tatapan tidak percaya.

"K—Kau mendengarnya?" paniknya.

Chaeyeon menganggukkan kepalanya. Melihatnya membuat Jaehyun mendesah frustasi. Bisa Chaeyeon lihat saat tangan Jaehyun merekas kemudi setir dengan penuh tenaga.

Chaeyeon meraih tangan Jaehyun yang tersimpan di kemudi setir, "Aku sungguh baik-baik saja."

"Jangan bohong." balas Jaehyun.

"Presdir..."

"Jangan sembunyikan perasaan bencimu kepadaku, Chae. Kau bahkan berhak untuk menampar dan menjebloskanku ke dalam penjara." tandas Jaehyun.

"Presdir? Aku tidak berpikir seperti itu." seru Chaeyeon.

"Kumohon, aku tidak ingin hidup sebagai seseorang yang dibiarkan seperti ini. Jika aku dan keluargaku melakukan kejahatan, tolong lakukan sesuatu. Ayahku sudah membunuh Taehwan ahjusshi dan aku sudah menghamilimu. Apa kau bahkan tidak sakit saat melihatku? Aku sungguh merasa malu kepadamu, Chae..." lirihnya.

Chaeyeon tidak tega melihat Jaehyun yang meringis seperti itu. Pria itu benar-benar kesakitan dengan kondisi saat ini. Hati Chaeyeon terasa teriris mendengar orang sebaik Jaehyun yang meminta Chaeyeon untuk menghukumnya.

Kind Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang