19.

890 119 39
                                    

Jalanan di Seoul hari ini tidak terlalu ramai. Cukup lancar tanpa macet yang berlebihan.

Chaeyeon memperhatikan jalanan dari dalam jendela mobil. Berharap pemandangan jalanan itu bisa meredakan perasaan tegangnya kali ini.

Lalu dia melihat pantulan bayangan yang ada di kaca jendela mobil itu. Dia melihat pantulan bayangan Jaehyun yang tengah menyetir. Pria itu terlihat serius dan fokus pada jalanan di depannya.

Kemudian Chaeyeon melihat ke arah kaca spion yang ada di dalam mobil itu. Dia melihat pantulan bayangan Arin yang tengah duduk di jok belakang. Gadis itu juga melihat ke arah luar jendela mobil. Chaeyeon tahu kalau anaknya itu juga gugup dan tegang seperti dirinya.

Mereka bertiga telah sampai di rumah sakit. Tanpa basa-basi, Jaehyun dan Arin melakukan tes DNA itu. Sementara Chaeyeon menunggu di luar dengan perasaan yang semakin khawatir.

Arin duduk di pinggir kasur rumah sakit selagi menunggu perawat menyiapkan alat-alatnya. Dia melihat ke arah Jaehyun yang sama-sama duduk di pinggir kasur rumah sakit di sebelah Arin.

Jaehyun melihat ke arah Arin. Gadis itu terlihat merasa bersalah dan gugup saat matanya bertemu dengan mata Jaehyun. Untuk menenangkan gadis itu, Jaehyun mencoba memberikan senyuman.

"Tidak apa. Kita akan baik-baik saja." ucap Jaehyun.

Arin mengangkat kepalanya, "Bukan itu."

"Lalu?"

"Aku ingin minta maaf karena sudah memarahimu saat terakhir kita bertemu, ahjusshi." ujar Arin.

Jaehyun menghela nafasnya, "Kau memang benar, Arin-ah."

"... Tidak seharusnya aku membuat kalian berdua bingung. Terlebih, aku masih orang asing bagimu. Kau masih muda dan tidak mudah untukmu menghadapi hal seperti ini. Aku yang seharusnya memahami kondisimu karena..."

"... Karena kau adalah anakku."

Kata-kata Jaehyun sukses membuat hati Arin tertohok. Tidak pernah dia merasa tersentuh seperti ini. Seorang ayah yang akhirnya Arin dambakan. Ayah yang memang brengsek namun Arin menantinya. Gadis itu tidak bisa menahan air matanya. Dia langsung menutup matanya agar Jaehyun tidak melihat jika dia menangis.

Jaehyun mulai mengangkat tangannya. Dia mencoba meraih pucuk kepala Arin hingga akhirnya dia berhasil mengelus pucuk kecil itu.

"Baiklah. Kita mulai sekarang."

..

Chaeyeon membasuh wajahnya. Dia mencoba tersenyum lebar ke arah cermin yang ada di hadapannya. Berusaha tenang dan mengatur nafasnya.

"Tenang, Chaeyeon... Apa pun hasilnya nanti kau harus tenang." gumamnya.

Setelah itu, Chaeyeon keluar dari toilet untuk kembali ke ruang tunggu. Baru saja wanita itu akan berjalan, seseorang yang tak asing tiba-tiba memanggil namanya.

"Chaeyeon?"

Chaeyeon menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya. Betapa terkejutnya Chaeyeon saat mendapati Saerom yang ada di hadapannya.

"Saerom!"

Kedua wanita cantik itu langsung berpelukan. Menyalurkan semua rasa rindu setelah sekian lama tidak bertemu.

"Yak! Kau ke mana saja? Aku benar-benar kesepian saat kau tidak ada..." isak Chaeyeon.

"Maaf 'kan aku, Chae... Aku juga kesepian saat tidak ada dirimu..." Saerom pun ikut terisak.

"Kenapa kau bisa ada di rumah sakit? Apa yang terjadi padamu, eoh? Apa kau sakit?" Chaeyeon tampak panik dan khawatir.

Saerom hanya tertawa nanggung sembari menggaruk kepalanya, "Sebenarnya aku di rawat sejak dua minggu yang lalu. Aku sempat bertengkar dengan Mingyu dan yah~ Setelah itu aku harus mengikuti terapi."

Kind Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang