21.

666 81 10
                                    

Samar-samar tapi pasti. Arin bisa merasakan suara angin yang berada di sekitarnya. Tubuhnya mulai bisa kembali merasakan hembusan angin yang menusuk kulitnya. Entah kenapa sekarang Arin sangat kedinginan.

Arin mengatur nafasnya. Dia mencari oksigen sebanyak-banyaknya setelah gadis itu berhasil terbangun.

"Ah... Kepalaku..." lirihnya.

Arin bisa melihat pemandangan di hadapannya. Hanya pohon-pohon besar yang ada di hadapannya.

Tapi yang membuat gadis itu terkejut adalah keadaannya sendiri.

Arin hanya memakai kaus dalam tanpa lengan yang sangat tipis. Gadis itu langsung memeluk tubuhnya sendiri saking kagetnya.

"A—Aku... Kenapa aku seperti ini?" paniknya.

Arin hanya memakai kaus tanpa lengan yang tipis itu dan memakai celana legging yang dia pakai sedari pagi.

Arin tidak ingat kenapa gadis itu bisa ada di sini.

"Kenapa aku di sini...? Bukankah aku sedang menaiki tebing bersama yang lain?" gumamnya.

Arin benar-benar pusing saat memaksa dirinya memaksa untuk mengingat lagi kejadian sebelum dirinya seperti ini.

Sekarang Arin kebingungan. Apalagi langit mulai menggelap.

Arin sempat berpikir jika dia diculik. Tapi yang membuatnya aneh adalah Arin hanya sendiri di tempat itu dan bahkan tidak ada tali yang mengikat tubuhnya.

Ini benar-benar misterius hingga Arin merinding. Karena Arin yakin dia sedang hiking bersama kelompoknya dan tidak terjadi apa-apa setelahnya.

Tapi Arin tidak ingat apa yang sebenarnya terjadi.

Gadis itu pun memberanikan diri untuk bangkit. Dia mencari barang-barangnya tapi sepertinya tas dan kaus yang dia gunakan saat hiking sudah hilang.

Arin merasa telanjang sekarang walaupun gadis itu tidak telanjang seperti itu. Hanya saja gadis itu merasa tersiksa saat merasakan dingin yang luar biasa karena kaus dalam tipis tanpa lengan itu membolehkan angin menerpa tubuhnya.

Arin pun berjalan sendiri untuk mencari jalan kembali ke perkemahan sambil berusaha menutupi tubuhnya yang sedikit terekspos itu.

"Ah, ya ampun... Petanya aku simpan di tas." desahnya.

Tanpa peta yang diberikan Jingoo itu, Arin benar-benar kesulitan sekarang. Ditambah tidak ada senter. Untungnya Arin tidak terlalu takut dengan suasana gelap seperti ini. Arin hanya takut dengan keadaan dirinya yang tiba-tiba tidak berpakaian layak itu. Takut jika seseorang sudah berbuat macam-macam kepadanya.

Lalu, Arin melihat sesuatu di tanah. Sebuah plastik kemasan keripik kentang goreng yang terkenal itu tergeletak di tanah.

"Apa ada orang di sini?" gumam Arin—penasaran.

Arin kembali berjalan hingga dia menemukan tebing besar di hadapannya. Arin langsung gemetaran dan ambruk di tanah.

Dia benar-benar tersesat sekarang.

"Eomma... Aku takut..." isaknya.

Arin tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Dia merasa tersiksa walaupun tidak ada yang menyiksanya.

Tapi tiba-tiba, ada suara derap langkah kaki mendekat ke arahnya. Arin menyadari itu dan mulai waspada. Dia tidak ingin berbalik dan mencoba bangkit dari duduknya. Gadis itu mulai mencari jalan lain dengan tidak melihat ke belakang. Jika dia melihat ke belakang, itu hanya akan membuatnya tambah tertekan.

Arin berjalan di antara pepohonan besar. Dia mencoba berjalan cepat walaupun rumput-rumput liar yang mengganggu langkahnya.

Sayangnya, suara derap langkah dan deru nafas seseorang itu malah mengikuti Arin. Sekarang Arin yakin ada seseorang yang mengikutinya.

Kind Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang