14.

650 94 25
                                    

Chaeyeon menatap pemandangan luar dari balik kaca mobil. Wanita itu tampak gelisah sendiri. Terlihat dari caranya menggigit kuku dan menggigit bibir bawahnya.

Jaehyun sendiri ikut khawatir. Ditambah saat melihat ekspresi wajah Chaeyeon yang sendu. Membuat Jaehyun tidak tenang di jalanan yang macet ini.

"Presdir. Maaf aku sudah merepotkanmu." sahut Chaeyeon.

"Tidak apa. Aku juga ikut khawatir mendengar ceritamu barusan." balas Jaehyun.

"Ya. Aku sangat khawatir. Walaupun dokter bilang baik-baik saja, tetap saja aku tidak tenang." ujar Chaeyeon.

"Itu wajar. Kau ibunya." ucap Jaehyun.

Mendengarnya membuat Chaeyeon tersenyum. Namun tetap saja, perasaan khawatirnya masih menggerogoti hatinya.

"Arin-ah..." gumamnya.

..

"Jadi, Arin sudah baik-baik saja?"

"Iya. Nona Arin sudah melewati masa kritisnya. Ini hanya kasus kepala bocor biasa. Walau pasien memang mengalami syok hingga pingsan saat benda keras itu mengenai kepalanya."

"Hhh... Syukurlah."

"Kau temannya Arin, Nak?"

"Iya, Dokter. Saya yang bersama Arin hari ini."

"Oh... Ya, sudah. Aku tinggal Arin denganmu, ya. Ibunya Arin akan kemari sebentar lagi."

"Baik, Dokter."

Setelah dokter itu pergi, Jungwoo langsung mengambil tempat duduk di sebelah kasur pasien—tempat Arin berbaring sekarang.

Jungwoo menatap penuh rasa penyesalan kepada gadis yang kepalanya sampai diperban sebanyak itu.

Lagi-lagi Jungwoo membuat Arin kembali ke rumah sakit.










"Akh!"

"Ah! Maaf. Aku tidak menyangka akan membuat luka gores di wajahmu." ucap Arin—tidak enak.

Jungwoo hanya berdecak kesal. Dia membiarkan Arin sibuk mengobati luka hasil pukulannya sendiri.

"Yeee! Lukanya sudah kututup." seru Arin.

"Terimakasih." ucap Jungwoo—acuh.

"Kalau begitu, kapan kita bisa memulai?" tanya Arin—tiba-tiba.

"Eh? Me—Memulai apa?" panik Jungwoo.

"Ish! Kegiatan kita!"

"Oh... Kupikirkan dulu saja." balas Jungwoo—menggaruk kepalanya.

"Ck. Ya, sudah. Aku akan menerormu jika tidak menghubungiku." ancam Arin. Mendengarnya membuat Jungwoo tertawa sinis.

"Kau sebegitu pedulinya padaku?" sinis Jungwoo.

"Tidak. Aku melakukannya hanya untuk Sohyun. Karena aku tahu kau tidak akan berhenti jika tidak ada yang menghentikan." tukas Arin.

"Ya, ya. Terserah." balas Jungwoo—malas.

"Aku keluar duluan. Di sini gerah." ujar Arin—berjalan keluar dari apotek. Sementara Jungwoo membereskan barang-barangnya dulu.

Tiba-tiba, Jungwoo mendengar suara benda yang pecah di dekatnya.

Pemuda itu sedikit terkejut. Namun dia mencoba untuk tidak memperdulikannya.

Tapi sesuatu malah terjadi.

Kind Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang