Tap..
Tap..
Tap..
Suara langkah kaki yang terdengar lemas, menyusuri koridor sekolah ketika jam istirahat berlangsung. Wajah si pemilik suara langkah itu tak terlihat baik-baik saja. Bibirnya terlihat kering dan pucat. Pandangan matanya terlihat sayu dengan lingkaran hitam dibawah matanya.
"Jungkook-ah? Itu kau?"
Jungkook menghentikan langkahnya. Mengalihkan pandangannya ke sumber suara.
"Annyeong, Mingyu hyung." sapa Jungkook dengan suara yang terdengar sedikit lemas.
"Aku hampir tak mengenalimu karena kantung matamu. Kau tidak tidur atau bagaimana, Jungkook-ah?"
"Aku hanya kurang tidur, hyung. Ada beberapa hal yang harus aku urus. Jadi, aku selalu tidur larut."
Jungkook mengusap tengkuknya. Sembari tersenyum kecil. Hey, kurang tidur? Bahkan tak ada satu detik pun bagi Jungkook untuk menutup matanya. Pengecualian untuk berkedip. Namja kelinci itu hampir setiap malam tak mengenal kata tidur.
"Kau terlihat tak sehat, Jungkook-ah. Mungkin sebaiknya kau tak perlu ikut rapat kali ini. Istirahatlah di uks."
"Aniya, hyung. Nan gwenchana. Aku masih bisa ikut rapatnya. Bukankah sekarang? Kajja."
Jungkook berjalan meninggalkan Mingyu. Menuju ruang pertemuan dimana rapat akan diadakan. Mingyu hanya bisa menghela nafas lalu melangkahkan kakinya menyusul Jungkook.
Cklek!
Jungkook masuk ke dalam ruang pertemuan. Semua sudah berada disana. Hari ini adalah rapat akhir bulan. Bukan rapat besar. Hanya penyampaian laporan dari masing-masing bagian. Jungkook berdiri di ujung meja panjang yang sudah di tata untuk rapat.
"Annyeonghaseyo, yeorobun. Maaf sudah membuat kalian semua menunggu lama."
"Animida, uijangnim."
Jungkook mengulas senyumannya. Ia hendak mengambil berkas di depannya sebelum sebuah suara mengintrupsinya.
"Uijangnim, gwenchaneuseyo? Anda terlihat pucat, uijangnim." Soonyoung menatap kearah Jungkook.
"Gwenchanayo." Jungkook mengulas senyumannya. Memperlihatkan jika dirinya baik-baik saja.
"Baiklah, semuanya. Kita mulai rapatnya."
Jungkook mengambil tumpukan berkas di depannya. Membuka berkas pertama. Seketika pandangannya mengabur. Ia mengerjapkan matanya untuk mengembalikan fokus pandangannya. Tapi, tulisan itu bahkan tetap terlihat seperti pendaran warna abu-abu di mata Jungkook.
"Aa.. bisakah kalian.. menyampaikan secara garis besarnya. Berkasnya aku akan membaca ulang nanti. Dimulai bagian mm.. telekomunikasi informasi."
"Ye, uijangnim. Semua yang menjadi program..."
Jungkook menatap kearah depan. Tapi yang di dapatinya hanya bayang-bayang yang tak jelas di matanya. Pendengarannya masih mendengarkan laporan demi laporan yang di sampaikan oleh masing-masing bagian. Tapi pandangannya semakin mengabur. Bahkan sekarang kepalanya terasa berputar. Jungkook menumpukan tubuhnya perlahan ke meja. Ia mencoba terlihat baik-baik saja di depan semuanya.
"Saya melaporkan untuk keuangan bulan ini. Pengeluaran tak terlalu banyak. Seminggu yang lalu, sudah mendapat dana bulanan dari sekolah untuk kelanjutan organisasi ini. Sekian dari saya, uijangnim."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop it, Jebal [END]
Fiksi PenggemarSiapa yang tak ingin menjadi anak yang di banggakan oleh kedua orang tuanya? Semua pasti menginginkan itu. Termasuk diriku. Hay, namaku Jeon Jungkook. Murid kelas satu SMA yang ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk...