Cklek..
Suara pintu terbuka dan memperlihatkan dua namja yang berjalan memasuki rumah besar itu. Jungkook berjalan mendahului Sungjin. Sungjin yang melihat adiknya bersemangat itu hanya bisa mengulas senyumannya.
"Ya, ya, ya. Jangan berlarian seperti itu, Kookie-ya." ucap Sungjin, memperingatkan Jungkook agar tidak berlarian.
"Wahh.. Aku masih tak percaya bisa kembali ke rumah ini, hyung. Sangat menyenangkan. Kukira kemarin hanya mimpi aku pulang ke rumah." ucap Jungkook sambil menjauhkan badannya di sofa. Ia sangat senang.
"Kau ini. Percayalah jika kau sekarang berada dirumah. Jadi, hentikan tingkahmu."
"Aku sangat senang, hyung. Neomu."
"Dasar kelinci."
"Karena itu, hyung. Julukanku kelinci karena aku tak bisa diam."
Sungjin menggelengkan kepalanya. Ia mengusap rambut Jungkook yang tengah memamerkan cengirannya. Jungkook menghela nafas panjangnya. Dua namja itu diselimuti keheningan.
"Hyung.."
"Hm?"
"Bagaimana kalau aku tidak bisa sembuh?"
"Mwoya? Kenap kau mengatakan itu?" ucap Sungjin dengan nada tak suka. Ia tak suka Jungkook mengatakan hal yang seolah-olah membuatnya ingin menyerah.
"Kau tau kondisiku kan, hyung? Aku juga tau. Dan sangat mengerti kalau kondisiku tak baik. Sangat tak baik."
"Dan kau ingin menyerah saja?"
"Karena memang tak bisa sembuh, hyung."
"Kau harus yakin, Kookie-ya. Kau bisa sembuh. Kau harus yakin itu."
"Tapi, hyung. Kanker pankreas itu sangat mematikan. Kemungkinan untuk sembuh sangat kecil. Aku tak akan bisa sembuh, hyung."
"Kookie-ya. Hyung mohon jangan menjadi pesimis seperti itu. Yakinlah kau akan sembuh. Araseo!"
Sungjin menatap Jungkook dengan tatapan tegasnya. Jungkook mengulas senyum tipisnya dan mengangguk. Sungjin menepuk bahu Jungkook, mencoba menguatkan namja kelinci itu.
"Hyung, jika aku memang tak bisa sembuh-"
"Ya! Berhenti mengatakan itu!"
"Hyung, dengarkan aku dulu. Aku belum selesai bicara. Lagipula ini hanya kemungkinan lainnya kan, hyung."
"Araseo. Wae?"
"Jika, aku memang tak bisa sembuh, aku berharap bisa merasakan kebebasan yang sangat aku inginkan, hyung."
Sungjin tak bisa berkata apa-apa. Ia hanya diam mendengar perkataan Jungkook. Jungkook hanya mengulas senyumannya dan menatap lurus kedepan. Ia tengah membayangkan bagaiman rasanya mendapat kebebasan tanpa dikekang oleh kedua orang tuanya.
Tanpa dua namja itu sadari, Chuni dan Hyejin berdiri tak jauh dari mereka. Baru saja mereka masuk kedalam rumah dan tak sengaja mendengar percakapan Sungjin dengan Jungkook. Chuni terdiam mendengar kenyataan bahkan anak bungsunya mengidap penyakit yang sangat mematikan. Dan Hyejin, air matanya sudah tak bisa di bendung lagi. Tak menduga jika Jungkook menderita kanker selama ini.
"Jungkook-ah.."
Sungjin dan Jungkook terkejut dan menoleh dengan cepat. Mereka melihat Chuni dan Hyejin yang berdiri disana. Dengan wajah sendu dan berurai air mata.
"Appa.. eomma.."
Bang jeyop sedih gaes. Sama rei juga sedih gaes. Cuma mentok segini. Gimana donggggg??? :(
Yaaa.. Gmna yaaa.. Gimanaa....
Jangan hujat daku yeoreobun. *kabuuurrr*
This fake part, yeoreobun. *prank* *lemparin rei pake kaleng gembreng*
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop it, Jebal [END]
FanfictionSiapa yang tak ingin menjadi anak yang di banggakan oleh kedua orang tuanya? Semua pasti menginginkan itu. Termasuk diriku. Hay, namaku Jeon Jungkook. Murid kelas satu SMA yang ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk...