Sekolah. Kursus. Dan jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Namja kelinci itu baru saja selesai dengan kursus dan sekarang tengah duduk di salah satu cafe yang buka 24 jam.
Tumpukan berkas restourant terpampang di depannya. Sesekali namja itu menyeruput kopi yang di pesannya. Demi apapun, minuman yang memiliki rasa pahit dan aroma yang khas itu, tak pernah Jungkook meminumnya. Baru kali ini namja kelinci itu meminum minuman berwarna gelap itu.
"Jungkook-ssi?"
Jungkook mendongakkan kepalanya. Kedua matanya menangkap sosok yang tak terduga.
"Seokjin-ssi?"
"Eiy, panggil aku hyung. Boleh aku duduk disini, Jungkook-ssi?"
"Panggil saja aku Jungkook. Duduklah, hyung."
Seokjin tersenyum lalu duduk di bangku depan Jungkook. Namja yang memiliki senyum hangat itu menatap Jungkook yang sibuk dengan berkas di depannya.
"Sepertinya kau sangat sibuk, Jungkook-ah. Mungkin aku bisa membantumu." tawar Seokjin yang melihat tumpukan berkas di depan Jungkook.
"Aniya, gwenchanayo, hyung. Aku bisa melakukannya sendiri." ucap Jungkook tanpa mengalihkan pandangannya.
"Restourant? Oh, aku dengar restourant Chuni samchonim ada yang mengalami masalah." gumam Seokjin.
"Ne, hyung? Kau mengatakan sesuatu?" tanya Jungkook sambil menatap bingung Seokjin. Ia terlalu fokus dengan berkas di tangannya sampai tak begitu mendengarkan Seokjin.
"Aniya. Lanjutkan saja pekerjaanmu, Jungkook-ah." ucap Seokjin sambil mengulas senyumnya.
Jungkook kembali melanjutkan kegiatannya. Membuka satu persatu berkas. Membaca dengan seksama dan membubuhkan coretan yang dirasa penting oleh Jungkook. Namja kelinci itu sangat fokus sampai-sampai melupakan kehadiran Seokjin di sana.
"Kau sangat mirip dengan Sungjin." ucap Seokjin ketika melihat Jungkook menutup berkas terakhirnya.
"Jinjjayo, hyung?" tanya Jungkook menatap Seokjin.
"Heum. Sangat mirip." ucap Seokjin dengan sangat yakin. Ia masih ingat dulu ketika mengenal Sungjin. Namja itu sama sekali masa bodoh dengan sekelilingnya jika sudah fokus dengan pekerjaannya. Mungkin jika ada bencana alam, Sungjin tak akan terpengaruh sama sekali.
"Sepertinya, hyung sangat dekat dengan Sungie hyung." ucap Jungkook sambil menatap Seokjin di depannya.
"Ne, aku sangat dekat dengan Sungjin. Dia sosok bocah yang menyebalkan. Susah diajak bicara kalau sedang fokus. Sama seperti dirimu."
"Sungie hyung seperti itu? Tapi Sungie hyung sama sekali tak seperti itu. Dia selalu membantuku ketika aku meminta. Selalu mengobrol denganku meski dia tengah fokus mengerjakan tugas sekolahnya. Aku tak menyangka jika Sungie hyung seperti itu." Jungkook mencoba menerawang kebersamaannya dengan Sungjin dulu. Tingkah hyungnya sama sekali tak menyebalkan.
"Karena kau adiknya. Sungjin pernah bercerita jika ia memiliki seseorang yang sangat berharga. Awalnya kukira, pacarnya. Tapi ternyata bukan. Itu dirimu, Jungkook-ah."
Perkataan Seokjin membuat Jungkook terdiam. Perlahan senyumnya tercipta. Bukan senyuman senang. Terlihat lebih ke senyum sendu.
"Aku merindukan Sungie hyung." gumam Jungkook dengan tatapan sendunya.
"Kau bisa menghubunginya."
"Jika aku bisa."
"Wae?" Seokjin melihat sorot mata Jungkook yang penuh kesedihan. Jungkook hanya diam dan menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop it, Jebal [END]
FanficSiapa yang tak ingin menjadi anak yang di banggakan oleh kedua orang tuanya? Semua pasti menginginkan itu. Termasuk diriku. Hay, namaku Jeon Jungkook. Murid kelas satu SMA yang ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk...