Seminggu berlalu. Setelah resmi menjabat ketua Osis dan mulai menjalankan tugasnya, Jungkook benar-benar tak luput dari kata sibuk. Jika orang lain yang melihatnya, pasti akan mengatakan sangat sibuk bahkan untuk bernafas saja susah. Tapi bagi Jungkook, itu semua bukan sibuk. Hanya kegiatan yang teratur. Ia bisa mengatur waktunya untuk melakukan belajarnya dan juga tugasnya menjadi ketua Osis.
Beruntung ia memiliki wakil seperti Mingyu. Senior Jungkook yang bermata tajam itu, selalu membantunya mengurus kegiatan Osis dengan baik. Jungkook tak salah memilih Mingyu menjadi wakilnya meski sebelumnya, namja itu membenci dirinya.
"Uijangnim, sepertinya kau sangat sibuk. Ada yang bisa aku bantu?"
"Gwenchana. Aku hanya perlu memeriksa proposal kegiatan ini."
Jam istirahat sedang berlangsung. Tapi dua namja itu malah terjebak di ruang Osis. Sebenarnya hanya Jungkook yang terjebak disana dengan berbagai proposal. Tapi Mingyu, sebagai wakil ketua, memutuskan untuk ikut terjebak di sana.
"Aku tau, kau sibuk. Setidaknya kau harus mengistirahatkan tubuhmu, Jeon uijangnim."
Jungkook menghentikan kegiatannya ketika mendengar nada datar dari Mingyu. Jika Mingyu sudah memanggil jabatannya beserta marga, itu artinya Mingyu sedang serius.
"Ne, algaesseumnida."
Keduanya terkekeh setelah Jungkook berucap dengan nada sopannya. Atmosfir keseriusan perlahan menghilang. Mingyu mendudukkan dirinya di kursi depan Jungkook. Sedangkan namja kelinci itu, tengah mengistirahatkan dirinya.
"Eoteokae?" tanya Mingyu sambil menoleh kearah Jungkook.
"Mwo?" tanya Jungkook yang bingung dengan pertanyaan Mingyu.
"Menjadi ketua Osis. Bukankah ini pertama kalinya." Mingyu mengangkat sebelah alisnya setelah menjelaskan maksud dari pertanyaannya.
"Geulsae*. Perasaanku campur aduk, hyung. Tapi yang lebih mendominasi, aku sangat senang." Jungkook tersenyum lebar setelah mengatakan perasaannya.
"Kau menikmati posisimu dengan baik, Jungkook-ah. Bahkan ketika Namjoon sunbae menjabat menjadi ketua, ia sering mengeluh lelah. Meski ia mengeluh ketika berada di belakang yang lainnya."
"Jinjjayo? Tapi, Namjoon hyung, ketua yang sangat disegani menurutku."
"Ne, majayo. Meski, Namjoon sunbae sering mengeluh di saat awal menjabat. Tapi kepemimpinannya sangat luar biasa baik dan bijaksana. Untuk itu, ia sangat disegani oleh seluruh penghuni sekolah."
Perkataan Mingyu membuat Jungkook semakin menghormati sosok Namjoon. Mingyu yang dulu pernah ikut menjadi pengurus Osis, pasti mengetahui mengenai Namjoon.
Drrtt!! Ddrtt!! Ddrtt!!
Dua namja itu sama-sama tersentak ketika mendengar dering ponsel yang tiba-tiba mendera di tengah kesunyian. Jungkook melihat ponselnya tidak menyala. Itu artinya bukan miliknya yang berdering.
"Ah, mianhae, Jungkook-ah. Eommaku menelfon. Aku akan mengangkatnya sebentar." Mingyu menunjuk ponselnya yang menyala.
"Ne, hyung."
Mingyu berjalan keluar setelah mendengar jawaban Jungkook. Jungkook menghembuskan nafasnya. Pandangannya beralih kearah ponselnya. Mengusap layar berwarna hitam itu dengan pelan. Pandangannya hanya kosong. Entah apa yang dipikirkan namja kelinci itu.
Ddrtt!! Ddrtt!! Drtt!!
Jungkook hampir saja melempar ponselnya. Benda pipih itu tiba-tiba bergetar ketika Jungkook tengah asik melamun. Beruntung ia tak membantingnya di lantai. Netra Jungkook menatap id penelfon. Dengan cepat ia segera menggeser tombol hijau dan menempelkan di telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop it, Jebal [END]
FanfictionSiapa yang tak ingin menjadi anak yang di banggakan oleh kedua orang tuanya? Semua pasti menginginkan itu. Termasuk diriku. Hay, namaku Jeon Jungkook. Murid kelas satu SMA yang ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk...