Five years later...
Tap.. Tap.. Tap..
Suara sepatu yang bertumbukan dengan lantai marmer terdengar di kediaman Jeon. Rumah besar dan mewah itu masih tetap sama dengan lima tahun yang lalu. Ya, setidaknya kondisi fisik rumah itu tetap sama. Hanya penghuninya yang sedikit berbeda.
Seorang namja dengan setelan jas yang sudah rapi. Tas kerja yang di tentengnya. Dan seseorang yang berada di belakangnya. Namja bermarga Jeon itu berjalan memasuki ruang tengah kediamannya. Dimana ruang tengah selalu menjadi tempat favorit semua anggota keluarga berkumpul.
"Annyeong, Kookie-ya!! Annyeong!!"
Seruan riang itu menyapa telinga namja itu. Disana, Hyejin tengah mengulas senyum lebarnya. Melambaikan tangan dengan heboh sembari melemparkan sapaan riangnya. Namja itu hanya bisa mengulas senyum miris. Kenapa miris?
"Bagaimana kondisi eomma, Lee ahjussi?" tanya namja itu pada orang yang berada di belakangnya. Lee Gwangso, asisten Chuni yang sekarang bekerja di rumah keluarga Jeon.
"Seperti yang anda lihat, daepyonim. Samunim masih seperti lima tahun yang lalu. Bahkan terkadang, saat malam, samunim sama sekali tak tidur dan berbicara seperti itu." ucap Gwangso dengan menunduk sopan pada namja yang dipanggil daepyonim itu.
"Bagaimana dengan appa?"
Namja yang tak lain adalah Sungjin itu menatap sendu kearah depan. Lebih tepatnya kearah Hyejin yang duduk di sofa.
"Sajangnim ada di kamarnya, daepyonim."
Sungjin segera melangkahkan kakinya menaiki lantai dua. Menuju kamar orang tuanya. Tangannya membuka perlahan knop pintu. Dan ketika pintu terbuka, mata Sungjin di hadapkan pada sosok Chuni. Sosok kepala keluarga yang sangat ia hormati, yang menjadi panutannya selama ini, duduk diam di tepi tempat tidurnya. Menghadap kesebuah foto besar yang terpasang di dinding sejak lima tahun yang lalu.
Ya, semua perubahan berawal dari kejadian lima tahun lalu. Dimana mereka kehilangan sosok si bungsu tanpa sedikitpun melihat wajah sang anak. Chuni dan Hyejin merasa terpukul. Mereka diselimuti rasa penyesalan yang luar biasa besar. Hingga membuat mental mereka terguncang.
Seperti yang sudah terlihat. Hyejin yang selalu menyapa meneriakkan nama panggilan Jungkook dengan keras dan riang. Seakan ia tengah menyapa Jungkook dan mengajak berbincang, terkadang sambil bergurau. Meski kenyataannya yang ia ajak bicara dan bergurau hanyalah seonggok boneka bear besar berwarna putih. Hyejin memperlakukan boneka itu layaknya Jungkook. Jika boneka itu tak ada di dekatnya, Hyejin pasti akan histeris dan mengamuk. Merusak bahkan mencelakai dirinya sendiri.
Sedangkan Chuni. Kepala keluarga Jeon itu sangat terpukul. Rasa bersalah dan menyesal juga menghantui dirinya. Meruntuki dirinya yang tak menjaga Jungkook dengan baik. Lebih memilih pekerjaan, harta dan uang daripada anaknya sendiri yang sangat membutuhkan kasih sayangnya. Dan seperti inilah kondisi Chuni saat ini. Duduk diam di dalam kamarnya. Menatap penuh tatapan bersalah dan menyesal kearah foto besar Jungkook dihadapannya. Terkadang Chuni menangis dan terus merapalkan kata maaf berkali-kali pada foto anak bungsunya itu.
Chuni dan Hyejin benar-benar mendapatkan hasil dari apa yang mereka perbuat. Kehilangan sosok Jungkook yang begitu penurut dan menyayangi mereka. Jungkook adalah hal yang paling berharga dari apapun. Tapi sayangnya, Chuni dan Hyejin baru menyadari itu setelah mereka kehilangan Jungkook untuk selamanya. Kehilangan permata mereka yang berharga. Hingga mereka di selimuti rasa bersalah dan penyesalan selama lima tahun ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop it, Jebal [END]
Fiksi PenggemarSiapa yang tak ingin menjadi anak yang di banggakan oleh kedua orang tuanya? Semua pasti menginginkan itu. Termasuk diriku. Hay, namaku Jeon Jungkook. Murid kelas satu SMA yang ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk...