Jungkook kembali menjalani kehidupan sekolahnya. Setelah theatrical dance waktu itu. Jungkook tak bertemu dengan Chuni dan Hyejin. Jihyo juga tak mengetahui kemana perginya tuan besar dan nyonya besarnya. Yang di ketahuinya hanya Chuni dan Hyejin pergi untuk memenuhi undangan Chaerin di theatrical dance.
Chuni dan Hyejin juga tak mengiriminya pesan atau menelfonnya. Jungkook menunggu dan terus menunggu kabar dari appa dan eommanya. Hanya pesan Chaerin yang mengirimkan rekaman dance waktu itu.
"Hey, masih menunggu kabar appa dan eommamu?"
Jungkook mendongak dan mendapati Eunwoo di sampingnya. Ia tengah berada di ruang osis sekarang.
"Kenapa kau masuk ke sini? Kau bukan pengurus osis." usir Jungkook sambil menelungkupkan kembali kepalanya. Ia lelah harus menunggu kabar dari Chuni dan Hyejin.
"Kau mengusirku? Jahat sekali." Eunwoo memasang wajah sedihnya. Beruntung Jungkook tak melihatnya. Mungkin jika melihatnya, Eunwoo sudah di lempar map berkas yang sangat tebal.
"Keluarlah, Eunwoo-ya. Biarkan aku sendiri. Aku sangat lelah, frustasi." ucap Jungkook dengan nada lelahnya.
"Andwae. Jika aku keluar, kau akan melakukan yang aneh-aneh. Aku akan tetap disini."
Dan lemparan map berkas itu berhasil mengenai kening Eunwoo. Beruntung bukan map berkas yang tebal. Tapi tetap saja, rasanya sakit jika terkena kening. Eunwoo bahkan sampai meringis kesakitan. Tangannya mengusap keningnya yang terasa nyut-nyutan.
"Kekerasan dalam pertemanan ini namanya, Jungkook-ah. Kau bisa masuk penjara." Eunwoo mendudukkan dirinya di kursi dekat Jungkook. Ia masih sibuk mengusap keningnya yang sakit.
"Aku sudah di penjara. Bahkan sampai sekarang aku di penjara." gumam Jungkook yang membuat Eunwoo menatap tak mengerti.
"Di penjara apanya? Hidupmu baik-baik saja. Kau tak membuat kesalahan apapun. Kenapa kau di penjara?"
"Kesalahanku adalah dilahirkan di dunia ini, Eunwoo-ya. Jika saja aku tak dilahirkan, aku tidak akan di penjara seperti ini."
"Dilahirkan bukan kesalahan, Jungkook-ah. Itu anugrah yang dititipkan Tuhan pada seluruh orang tua di dunia ini." Eunwoo mencoba memahami Jungkook yang entah kenapa tiba-tiba menjadi menyedihkan seperti ini.
"Anugrah seharusnya dijaga dengan baik, Eunwoo-ya. Aku.. tidak merasa begitu."
"Kau ada masalah dengan keluargamu?"
Eunwoo mencoba bertanya lebih merinci. Ia menatap dengan harap-harap takut. Takut jika namja kelinci itu akan marah atau lebih parah dari itu.
"Huh? Apa aku punya masalah dengan keluargaku?"
Eunwoo mengerjap bingung ketika Jungkook bertanya padanya. Jungkook juga terlihat bingung dengan apa yang di tanyakan Eunwoo padanya.
"Neon gwenchanayo, Jungkook-ah?" tanya Eunwoo memastikan.
"Huh? Ne- ah, aniya. Kurasa aku sedikit lelah. Ah, molla. Aku butuh menjernihkan pikiranku."
Jungkook mengulas senyumannya. Ia beranjak pergi meninggalkan Eunwoo di ruang osis. Eunwoo menatap punggung Jungkook yang menghilang di balik pintu dengan tatapan khawatir.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Jungkook-ah? Kau terlihat tidak seperti biasanya. Kuharap kau baik-baik saja."
.
.
.
Tak ada yang bisa di datangi saat mencari udara segar. Hanya di rooftop, tempat yang bisa digunakan untuk menjernihkan pikiran. Seperti yang di lakukan oleh Jungkook. Namja kelinci itu tengah berada di rooftop. Menjernihkan pikirannya yang tiba-tiba penuh dengan hal-hal yang di lakukan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop it, Jebal [END]
FanfictionSiapa yang tak ingin menjadi anak yang di banggakan oleh kedua orang tuanya? Semua pasti menginginkan itu. Termasuk diriku. Hay, namaku Jeon Jungkook. Murid kelas satu SMA yang ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk...