Chuni, Hyejin dan Jungkook sudah sampai di rumah mereka. Setelah acara makan malam dan mengobrolkan masalah bisnis, mereka akhirnya kembali pulang saat jam menunjukkan pukul sembilan malam.
"Appa, eomma, aku permisi ke kamar." pamit Jungkook kepada Chuni dan Hyejin yang tengah mendudukkan diri di ruang tamu.
"Tunggu sebentar, Jungkook-ah." Jungkook menghentikan langkahnya ketika mendengar intrupsi Hyejin. "Ada yang ingin eomma bicarakan denganmu."
"Ne, eomma." Jungkook berjalan mendekat kearah orang tuanya dan duduk di single sofa.
"Jadilah ketua Osis di sekolah." ucap Hyejin, to the poin.
"Ne? Ketua Osis? Eomma, itu terdengar tidak mungkin. Ketua Osis biasanya akan dipilih dari kelas sebelas." Jungkook mencoba memberi penjelasan meski sempat terkejut tadi.
"Semua mungkin dan harus terjadi. Kau harus menjadi ketua Osis di sekolahmu." Hyejin berkata dengan nada tegasnya. Bahkan dari sorot matanya terlihat dengan jelas.
"Tapi, eomma-"
"Turuti apa yang eommamu katakan, Jungkook-ah. Ini juga demi dirimu. Kau harus bisa belajar menjadi pemimpin di sekolahmu, agar kau bisa menjadi pemimpin yang baik di perusahaan nantinya." Chuni angkat bicara setelah sejak tadi hanya mendengarkan percakapan anak dan istrinya itu.
"Kau lihat Namjoon. Contoh dia, Jungkook-ah. Eomma ingin memiliki seorang anak yang bisa menjadi pemimpin yang baik dan bijaksana seperti Namjoon. Kau bisa melakukannya kan, sayang?" Nada bicara Hyejin berubah menjadi lebih lembut. Sorot matanya juga berubah menjadi lebih hangat.
"Ne, eomma. Aku akan berusaha menjadi yang eomma mau."
Jungkook tak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya. Apalagi eommanya. Jika Hyejin sudah menginginkan seperti ini, maka tugas Jungkook hanya menurut dengan baik dan memberikan hasil yang diinginkan. Alasannya klise, kebahagiaan kedua orang tuanya adalah kebahagiaan terbesar bagi Jungkook.
"Sekarang kau bisa kembali ke kamarmu, Jungkook-ah."
"Ne, eomma." Jungkook bangkit dari posisinya. Berjalan menuju tangga sebelum perkataan eommanya menghentikan langkahnya.
"Jangan lupa belajar, Jungkook-ah. Siapkan untuk sekolahmu besok."
"Ne, eomma. Kalau begitu, aku naik dulu. Selamat malam, appa, eomma."
Jungkook kembali menaiki tangga. Masuk kembali ke kamarnya dan menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur. Pandangan matanya menatap langit-langit kamarnya. Membuat sebuah senyuman tercipta di wajah Jungkook. Hingga sedetik kemudian, senyum Jungkook luntur perlahan.
"Ketua Osis? Apa itu mungkin? Apa aku bisa?"
Pikiran Jungkook melayang kembali pada saat dirinya berbincang dengan Namjoon di rumahnya.
"Masalah disekolah tadi. Kenapa sunbae menyerahkan diri untuk dihukum? Padahal yang salah teman-temanmu, sunbae."
Namjoon mengulas sebuah senyuman. Jungkook mengernyitkan dahinya tak mengerti. Kenapa Namjoon tersenyum?
"Jika kau ingin menjadi seorang pemimpin yang di segani oleh bawahanmu, kau harus siap menerima konsekuensi apapun. Meski kesalahan itu di lakukan oleh bawahanmu, tapi pemimpinlah yang bertanggungjawab besar akan hal itu."
Jungkook menatap Namjoon, kagum. Ia tak percaya alasan dari Namjoon menerima hukuman adalah bagian tanggungjawab yang di panggulnya.
Jungkook menghela nafas panjang. Melepas semua rasa lelah yang mendera dirinya. Pakaian formalnya masih menempel apik di tubuhnya. Tak ada niatan Jungkook mengganti pakaiannya. Ia hanya melepaskan jasnya dan langsung mendudukkan diri di kursinya. Menghadap meja belajar. Dan mulai menenggelamkan dirinya dalam kegiatan belajarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stop it, Jebal [END]
FanfictionSiapa yang tak ingin menjadi anak yang di banggakan oleh kedua orang tuanya? Semua pasti menginginkan itu. Termasuk diriku. Hay, namaku Jeon Jungkook. Murid kelas satu SMA yang ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk...