13. Min Yoongi

3.1K 332 44
                                    

Tak..

Tak..

"Silahkan minumannya, Hyejin imo, Jungkook-ah."

Yoongi baru saja meletakkan minuman untuk Hyejin dan juga Jungkook. Ia mendudukkan dirinya di sofa samping Chaerin.

"Jika ada tamu, kau bersikap sangat baik. Pada eomma? Tak pernah bersikap manis." cibir Chaerin.

"Eomma yang memintaku untuk bersikap baik pada tamu, kan? Aku hanya menurut pada perkataan eomma." ucap Yoongi sambil menatap lelah eommanya.

"Bagaimana sekolahmu, Jungkookie?"

Yoongi hanya bisa menghela nafas panjang. Chaerin tak mendengarkan perkataannya. Ia sudah biasa meladeni tingkah eommanya yang sedikit berbeda ini.

"Baik, imo." Jungkook mengulas senyumannya.

"Kau tau, Chaerin-ah. Jungkook menjadi ketua osis di sekolahnya." Hyejin menepuk tangan Chaerin pelan.

"Jinjjayo? Wah, neomu daebakida. Bukankah kau masih kelas satu, Jungkook-ah?"

"Ne, imo."

Chaerin tak henti-hentinya memuji Jungkook yang bisa menjadi ketua osis di usianya yang masih muda. Jungkook hanya bisa mengulas senyumannya. Melihat Hyejin yang semangat bercerita mengenai dirinya yang menjadi ketua dan berhasil menangani cafe dari kebangkrutan, membuat Jungkook tersenyum senang.

"Ekhm! Bukankah eomma kesini mencariku?"

Pembicaraan Chaerin dan Hyejin terhenti ketika Yoongi mengintrupsi. Chaerin menatap anak sulungnya itu dengan memutar malas kedua matanya.

"Tidak sopan memotong pembicaraan orang tua." cibir Chaerin. Yoongi hanya kembali menghela nafas. Sepertinya keberadaannya tak di perlukan disini.

"Yoongi-ya, mianhae. Imo terlalu bersemangat bercerita dengan eommamu. Imo dan Jungkook kesini ingin bertemu denganmu."

"Bertemu denganku? Ada apa, imo?" Yoongi mengerutkan dahinya.

"Imo tak sengaja mendengar alunan piano yang menenangkan di salah satu cafe. Dan Chaerin bilang, itu adalah salah satu ciptaanmu. Chaerin sangat bersemangat bercerita tentangmu. Jadi, imo sangat penasaran denganmu." ucap Hyejin sambil melirik Chaerin yang tengah menyeruput kopinya.

"Kukira, eomma tak memikirkan apa yang kulakukan." cibir Yoongi.

"Ya! Anak kurang ajar! Eomma bangga padamu meski kau seperti beruang kutub. Neo ara?" Chaerin hampir saja melempar cup kopinya pada Yoongi.

"Eomma, geumanhae*. Jangan memanggilku seperti itu." Yoongi menatap malas Chaerin.

"Wae? Wae? Wae?"

"Itu terdengar kekanakan, eomma. Aku sudah berumur dua puluh delapan tahun dan seorang CEO. Apa kata bawahanku nantinya kalau mendengar panggilan kekanakan itu?"

"Berikan eomma cucu dan eomma akan mengakui kalau kau sudah dewasa." Chaerin memasang wajah santainya dan kembali menyesap kopinya.

"Eomma, aku ingin fokus dengan agensiku. Aku sudah mengatakan ini berulang kali, eomma. Aku masih belum ingin menikah."

"Itu artinya kau masih anak kecil bagi eomma, Yoongi-ya. Beruang kutub eomma masih tetaplah beruang kutub."

Yoongi lelah sendiri meladeni tingkah eommanya itu. Bisa-bisanya Chaerin meminta cucu. Untuk menikah saja, Yoongi masih belum ada planing. Ia masih ingin fokus dengan karirnya saat ini. Bahkan umurnya masih sangat muda untuk menikah.

Stop it, Jebal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang