25. Olimpiade?

3.2K 411 317
                                    

Hay, rei update. Hari sunday. Rei gk tau ini bklan bkin klian gmna. Prasaan kalian bkalan jdi kya apa pas bca part ini. Rei gak tau. So, bca aja ya. Smoga kalian semua, para readers ku, selalu diberkati Tuhan.
























































Harusnya sekarang Jungkook berada di ruang osis. Mengurus pekan olahraga yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Ya, harusnya. Tapi apa sekarang? Namja itu malah duduk diam di perpustakaan dengan buku-buku tebal di hadapannya.

Semua buku yang mengandung materi sains, Jungkook baca. Sesekali ia menuliskan sesuatu di buku tulisnya. Mengerjakan berlembar-lembar soal. Dan kembali memeriksanya. Belajar lagi setelah ujian selesai. Untuk apa? Tentu saja olimpiade sains yang akan di adakan sebentar lagi. Bisa di katakan bersamaan dengan pekan olahraga di sekolah Jungkook.

"Kau mengerjakannya dengan baik, Jungkook-ah."

Kini Jungkook tengah bersama dengan Song Jongki. Guru fisika di sekolahnya. Ia baru saja menyelesaikkan beberapa lembar soal fisika yang di berikan oleh Jongki. Dan guru muda itu tersenyum puas melihat hasil pekerjaan anak didiknya.

"Kamsahamnida, Song ssaem."

"Pekerjaanmu sangat bagus dan sampurna. Tapi, sayangnya kau selalu menggunakan cara yang panjang. Aku akui kau sangat cepat dan teliti. Tapi itu akan memakan banyak waktu."

"Jadi, aku harus bagaimana, ssaem?"

"Aku tak pernah memberikan ini pada muridku. Tapi karena kau akan ikut olimpiade, aku akan memberimu buku rahasiaku."

"Buku rahasia, ssaem?" Jungkook mengernyitkan dahinya. Ia sedikit bingung dengan perkataan Jongki.

Jongki tersenyum. Ia mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana. Jungkook hanya diam menunggu gurunya selesai dengan ponselnya.

Ddrrtt!! Ddrtt!!

Jungkook terkejut dengan getaran ponselnya. Ia mengambil ponselnya dan melihat sebuah notifikasi pesan di layarnya. Pesan dari Jongki.

"Aku sudah mengirimkan alamat rumahku padamu. Kau bisa datang ke rumahku sepulang sekolah. Akan aku berikan buku rahasiaku padamu." ucap Jongki dengan mengulas senyumannya.

"Jja! Untuk sekarang, kita sudahi sampai disini. Kau bisa beristirahat. Ssaem kembali ke kantor dulu."

"Ne, ssaem. Kamsahamnida."

Jungkook berdiri dan membungkuk pada Jongki yang berjalan keluar dari perpustakaan. Ia kembali mendudukkan dirinya. Mengambil buku tebal lainnya dan membukanya.

"Emnhh.."

Jungkook menghentikan kegiatannya membaca ketika merasakan nyeri di perutnya. Nyeri itu kembali melandanya. Jungkook meremas perutnya. Menekan, mengurangi rasa nyeri itu. Tapi sama sekali tak berefek apapun.

Jungkook mengeluarkan tabung obat dari sakunya. Mengeluarkan dua butir pil pahit itu dan meminumnya. Menenggak air putih yang dibawanya untuk melancarkan obat di kerongkongannya.

Jungkook menyandarkan punggungnya di kepala kursi. Tangannya terangkat memijat kepalanya yang pusing tiba-tiba. Berulang kali meneguk ludahnya. Menahan gejolak di perutnya yang seakan ingin mengeluarkan sesuatu.

Astaga, kenapa terasa seperti ini? Aku mohon, berhentilah sebentar.

.

.

Stop it, Jebal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang