♣Password #12♣

2.3K 318 25
                                    

Bersamaan dengan jatuhnya gelas yang memekik itu, Hoseok datang sambil menyeret Namjoon. Sama seperti Jimin, mereka juga turut terkejut.

"Mwo? Apa yang dia lakukan disini?" Tanya Hoseok. Jarinya menunjuk gadis itu seolah tak percaya.

"Yak! Lee Sohyun, kau..." Namjoon menghentikan ucapannya. Mata laki-laki itu berkedip-kedip beberapa kali.

Jimin menatap perempuan di depannya dengan pandangan kosong tak berarti. "Jadi..., temanmu yang dari Amerika itu adalah Yoongi hyung?"

"Ya," Sohyun turut mengerjapkan mata, "lalu kau?"

"Kami sudah berteman sejak kecil."

Diam-diam Hoseok dan Namjoon saling berbisik. "Apa yang mereka bicarakan?"

"Aku tidak tahu." Namjoon kembali menonton. Posisi mereka memang tidak memungkinkan untuk mendengar dengan jelas.

"Aku..." Sohyun meletakkan kopinya di atas meja, kembali menatap Jimin. "Aku hanya berkunjung." Entah mengapa Sohyun dijatuhkan pada titik gugup yang begitu menyiksa. Ini bukan kebiasaannya.

"Kalau begitu ayo kita pergi." Ucap Jimin tiba-tiba, laki-laki itu langsung mendekat dengan mata teduh. "Kau mempunyai hutang penjelasan padaku."

Tangan Sohyun diseret keluar, demi apa gadis itu tidak memberontak apalagi menolak? Ia memang cukup bingung harus merespon apa ketika Jimin benar-benar ada di hadapannya sekarang? Pun dengan cara tatap laki-laki itu yang teduh, lesu, dan mendadak murung. Membuat Sohyun langsung bungkam untuk sekedar menghalau.

Langkah kaki mereka saling berkejaran, Sohyun bahkan hampir kewalahan mengikuti Jimin dari belakang. Tangan kekar laki-laki itu mendorongnya pelan memasuki mobil.

Dilain sisi, Yoongi berdiri dilantai tiga sambil menatap keluar jendela. Matanya memancarkan sifat dingin yang begitu kentara untuk sekedar dilirik. Napasnya berhembus pelan ketika mobil Jimin keluar dari pekarangan rumahnya.

"Tuan, kamera pengintai di apartemen nona Lee sudah saya periksa." Seorang pria paruh baya berdiri di belakang Yoongi. Ia menambahkan. "Tuan Jimin memang pernah datang ke sana. Dengar-dengar mereka tengah menjalin hubungan."

Yoongi memejamkan mata rapat-rapat, menetralisir segala gejolak emosi yang tiba-tiba datang memasuki pikirannya. "Keluar."

"Baik."

Tangan Yoongi memainkan ponsel lama milik Sohyun. Sudah lama ia mempertahankan ego keras untuk menyembunyikan segala informasi dari gadis itu.

Sohyun mungkin tidak sadar bahwa dirinyalah yang terus-menerus menghalangi niat untuk mencari saudari kandungnya.

Yoongi menghembuskan napas, kembali mengingat masa kecilnya ketika pertama kali bertemu dengan Sohyun.

Flashback on

Suara tangisan layaknya burung yang menderita, begitu tidak enak didengar. Seorang bocah laki-laki diseret paksa memasuki ruang bawah tanah dengan langkah kaki yang terantuk.

Betisnya sakit, ia takut pada pria bertopeng perak dengan baju hitam yang menyeretnya itu.

"Hikss! L-lepaskan aku." Raungnya tak henti-henti. Seolah kalimat itu menjadi andalan agar ia bisa terbebaskan.

"Lepaskan aku!"

"BERISIK!"

Bunyi kunci yang diputar membuat bocah itu semakin ketakutan. Tubuhnya didorong masuk hingga ia ambruk di lantai yang dingin dan basah. "Hikss, eomma." Tangisan itu semakin jadi saat ia terkurung di jeruji besi.

T'AMO ♣ The Diamond KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang