♣Password #24♣

2.1K 237 52
                                    

Jangan lupa, vote comment...

Seperti angin, berlalu tanpa bisa dicegah. Tak terasa begitu saja. Hambar

Jimin menatap obat pencegah kehamilan di lemari kecil yang berada di kamar mandi. Dia menghela napas, ternyata Sohyun mengkonsumsi obat itu.

Rasanya ada gurat kecewa dengan apa yang ia pikirkan.

Lantas Jimin mengambilnya dan langsung membuang obat tersebut di tong sampah. "Keras kepala sekali." Kendati jika Jimin tidak mau Sohyun hamil, mungkin ia juga tidak akan sungguh-sungguh. Hanya saja, entah kenapa Jimin sudah sangat mencintai kehadiran gadis itu.

♣💓♣

Pagi buta. Min Yoongi menatap rasa sakit yang tiba-tiba menggerogoti hatinya. Dia termenung menonton laptop yang secara langsung terhubung dengan CCTV di apartemen Sohyun.

Pria itu menghela napas lalu menutup layar tipis itu. "Lisa, katakan pada Xlight untuk mengurus passport ku. Aku ingin kembali ke Amerika."

"Ada apa? Bukankah kau ingin tinggal di Korea?"

Pria itu memijit pangkal hidungnya dan menatap ke sembarangan arah. Sedangkan Lisa yang sebagai sepupunya kini duduk di depan meja kerja dengan anggun. "Bagaimana dengan Sohyun?"

"Dia akan baik-baik saja di sini."

"Tapi kau tidak bisa menjamin. Bisa saja dia kembali di incar oleh orang itu."

Yoongi menatap Lisa. "Diam, aku pusing."  Katanya dingin. Kening pria itu sedikit berkerut. Kemungkinan memang benar, sudah lama Yoongi dan beberapa orang kepercayaannya berusaha keras menyamarkan identitas Sohyun. "Aku ingin keluar."

"Kemana?"

Yoongi berdiri dan berjalan menuju pintu. "Mencari udara segar."

Pernah Yoongi sekacau ini saat Sohyun masih berada di New York dan berbuat ulah dengan sindikat politik Amerika. Sungguh kejadian itu mampu membuat gempar di beberapa wilayah. Beruntung Yoongi cepat mengirim Sohyun ke Korea secara diam-diam. Jika tidak, mungkin gadis itu sudah ditangkap oleh kepolisian dan diinterogasi. Lebih parahnya mungkin Sohyun akan berhadapan langsung dengan pimpinan FBI.

Yoongi melajukan mobilnya dengan cepat. Pikirannya kembali saat Jimin seenak jidatnya bisa tinggal di apartemen Sohyun. Pria itu memutar setir kemudi saat berada di persimpangan lalu melihat sekitar. Tanpa sadar di depannya ada seorang gadis yang tiba-tiba saja menyebrang.

"Akkkhh!"

Mata pria itu melebar, refleks kakinya menancap rem. "Sial!" Yoongi langsung membuka pintu dan keluar. Dia segera melihat gadis yang sedang berjongkok itu.

"Ashhh... Appo..." Aktingnya tidak sempurna.

Yoongi mengernyit. Tapi hanya sejenak lalu diganti dengan tatapan dingin, sejujurnya hati bahkan pikirannya tidak peduli. Pria itu mendekat, berdiri menjulang tanpa berjongkok. "Kau tidak mati, perlu ku hubungi rumah sakit?"

Gadis yang masih memakai seragam sekolah itu mendongak. Matanya bersarang tajam, tampak sangat marah. "Yak! Ahjussi, seharusnya anda minta maaf. Aku hampir mati disini, setidaknya bantu aku berdiri!" Cercanya sengit.

Yoongi berjongkok, menarik tangan gadis bertubuh kecil itu. "Lihat? Tidak ada yang lecet."

"Aisshhh, ahjussi ini kejam sekali. Tanganku tidak terluka. Tapi lihat." Dia menunjuk lututnya. "Disini lecet!"

Yoongi menatapnya dengan alis berkerut. Gadis ini sedang memarahinya. Tidak bisa dipercaya. Yoongi sekarang lebih kesal. "Jadi apa maumu?"

"Antar aku ke suatu tempat. Ini penting."

T'AMO ♣ The Diamond KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang