9. Pesan milik Gale

2.8K 280 75
                                    


- - m e s s y - -

Gale menatap Kein secara meneliti, bagaimana tidak, sejak tadi Kein hanya diam dan tak berbicara padanya. Pasti ada sesuatu yang terjadi pada cewek itu. Ketika akhirnya padangan keduanya bertemu, Gale tahu kalau Kein seperti sedang resah akan suatu hal. Ia bukan peramal yang bisa tahu apapun yang menjadi keresahan atau kegelisahan Kein, apalagi kalau Kein tidak bicara padanya.

Melihat Kein yang akhirnya menyodorkan telepon genggam miliknya, Gale semakin tidak mengerti.

"Kamu punya mulut buat ngomong, Kein," katanya sembari menerima telepon genggam miliknya. Ia pikir memberikan telepon genggam miliknya bisa membuat Kein lebih merasa dihargai.

"Kamu juga punya mulut buat ngomong, Le, tapi kamu nggak ngomong sama aku," jawab Kein membalikkan kalimat Gale. Ia masih memiliki keberanian untuk menghadapi Gale, sebelum Gale lebih menggertaknya.

"Ngelunjak ya kamu." Gale mendekati Kein, ia mengangkat dagu perempuan itu.

Kalau biasanya Kein akan menggeleng sedikit takut atau setidaknya mengatakan maaf, maka kali ini tidak. Ia keukeh dengan dirinya yang sepertinya sedang ingin berdebat dengan Gale.

Merasa tidak mendapat respon seperti biasanya, Gale mendengus. Ia melepaskan dagu yang tadi sudah berada dalam tangannya. "Aku kasih kesempatan kamu ngomong."

Kein terdiam, ia menimbang-nimbang, haruskah bertanya hal ini? Bagaimana reaksi Gale setelah ini? Entah kenapa, baru kali ini Kein merasa kalau Gale memanglah memiliki hubungan khusus dengan pengirim pesan itu. Karena tidak biasanya nama dari kontak itu terasa begitu spesial, dan itu terasa sensitif di diri Kein.

Bukan pertama kali Kein membaca pesan yang dikirim ke Gale. Bahkan bisanya lebih dari hal ini, hanya saja, biasanya nama kontak itu sebatas nama tanpa embel-embel spesial. Kein tak pernah merasa seperti akan kehilangan Gale, karena ia pun yakin kalau Gale masih mau bertahan dengan hubungan keduanya. Kein selama ini selalu biasa saja, membiarkan Gale memilih mana jalannya.

Kalau selama ini Kein bisa sebiasa itu karena Gale sendiri yang memberi tahunya siapa-siapa saja perempuan yang mengirim pesan padanya. Terkadang Gale pun memberi kebebasan pada Kein untuk membalasnya, karena Gale terlalu tidak peduli dengan pesan tidak penting. Kein jadi mengetahui, kalau kadang cowok enggan membalas pesan dari seseorang yang menyukainya. Dan ternyata cowok setidakpeduli itu apapun pesan dari pengirimnya. Hal itu menyadarkan Kein kalau suatu hari nanti anak perempuannya menyukai cowok, jangan sampai mengirim pesan yang berlebihan. Karena pada akhirnya, pesan itu hanya diabaikan dan tak dipedulikan.

"Jelasin ke aku siapa seseorang dibalik pesan yang masuk di jam istirahat tadi."

"Kamu udah baca, kasih tau aku, jangan ngebuang-buang waktu aku, Kein."

Kein memberenggut kesal, tidak tahukah Gale kalau Kein ini sedang ingin marah, namun memang sulit ia lakukan. "Kamu ditanyain jadi ke rumahnya nggak?"

Di luar dugaan Kein, Gale terlihat biasa saja. Padahal tadinya ia pikir Gale akan panik karena tertangkap basah menjalin hubungan selain dengannya. Kein tak mungkin salah membaca nama dari kontak itu. Empat huruf alfabet yang sensitif sekali dan akan menyakitkan kalau benar. Namun, melihat Gale yang malah menatapnya membuat Kein salah tingkah.

Gale tahu kalau detik ini Kein diambang kebingungannya. Ia tahu kalau Kein selalu percaya padanya, namun mungkin detik ini pun cewek itu tidak lagi percaya. Tanpa perlu membaca kembali pesan itu, Gale pun sudah mengetahui siapa pengirim pesan itu.

"Kamu ngambek?" Tanya Gale singkat.

Kein membuang muka. "Enggak."

"Yaudah."

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang