- - m e s s y - -Setelah mengantar Kein ke rumahnya, Gale langsung pamit tanpa mampir terlebih dahulu. Kein sendiri tidak banyak bertanya perihal alasan dirinya tidak mampir, perempuan itu hanya mengangguki ucapannya. Hal itu tentu membuat Gale merasa lega, setidaknya ia tidak perlu memberikan alasan palsu kenapa dirinya tidak mau mampir terlebih dahulu.
Kini mobilnya melaju cepat di jalanan malam yang cukup sepi itu, bukan rumah yang menjadi tujuannya, melainkan tempat lain. Rumahnya adalah hal terakhir yang ia pikirkan untuk pulang ketika tempat-tempat yang biasa ia datangi sudah tidak memberi ketenangan. Ia perlu menenangkan dirinya sendiri, memikirkan semua. Beberapa hal harus diakhiri meski menyakitkan.
Mata elang itu menatap lurus jalanan, tidak teralihkan sedikitpun. Di kepalanya, segala hal sedang bertengkar perihal mana yang harus diprioritaskan dan mana yang tidak. Segalanya semakin membingungkan bagi Gale, hal-hal yang sederhana pun terasa rumit.
Pikirannya melayang jauh, satu-satunya yang memenuhi pikirannya adalah Angki. Bagaimana kabar bayi itu? Sudah seberapa jauh perkembangannya? Apa Angki baik-baik saja? Begitu banyak pertanyaan yang berputar di otaknya. Beberapa hari ini ia tidak menemui Angki, bukan karena ia tidak ingin, namun Gale masih enggan bertemu Philove. Melihat Philove tersenyum saja bisa membuatnya merasa kesal sekaligus membenci perempuan itu. Bayangan Philove tertawa bersama Banyu membuat dirinya merasa marah dan sakit secara bersamaan.
Lagi, ia tidak mau menyalahkan Banyu, bagaimanapun Banyu adalah orang yang sangat ia hormati. Apalagi dengan Banyu yang sudah tidak lagi bersamanya. Setiap mengingat Banyu, Gale akan selalu merasa gagal menjadi sahabat untuk Banyu. Andai hari itu ia bersama Banyu, mungkin kejadian mengerikan itu tidak akan terjadi.
Gale membanting stir itu lalu mengerem mendadak sampai decitan ban itu terdengar. Mobilnya berhenti, namun dirinya terlihat kacau. Gale memukul stir itu dengan kuat tanpa merasa sakit sedikitpun. Mengingat Banyu adalah hal yang bisa membuat dirinya tidak terkendali. Seperti sekarang, dirinya hampir saja menabrak pembatas jalan karena tidak fokus mengemudi. Pikirannya diajak melayang terlalu jauh sampai lupa dirinya ada dimana.
"Brengsek!" Umpatnya kasar.
Dengan asal ia meloloskan dirinya dari sabuk pengaman itu. Gale melepaskan kaos hitamnya dengan cepat lalu melemparkannya ke samping. Ia mengacak rambutnya sendiri, mengusap wajahnya dengan kasar. Dipejamkan matanya itu beberapa saat, setelahnya ia kembali mengeluarkan umpatan-umpatan kasar dari bibirnya.
Tangan Gale mengarah pada kaca itu, digesernya kaca itu agar mengarah ke arah yang ia mau. Kini ia meyampingkan tubuhnya untuk melihat bagian belakang bahunya dari kaca itu. Disentuhnya tato terakhir yang ia miliki sejak satu tahun belakangan. Tato terakhir yang dibuat bersama Banyu. Hal paling munafik yang pernah ia lakukan adalah mengatakan tidak lagi peduli, namun tato itu masih utuh di tubuhnya. Meskipun sudah mulai memudar, namun kenangan yang menyelimuti tato itu tidak bisa hilang. Itu hanya tato temporer yang akan hilang setelah satu tahun di pakai, dan Gale tahu kalau tato itu akan hilang sebentar lagi.
Ia menertawakan dirinya sendiri setelah kembali pada kursi kemudinya itu. Bayangan Rical semakin membuat dirinya tertawa hambar. "Pengecut emang lo itu!"
Dirinya bisa mengatakan tidak lagi peduli pada Mata Angin, namun pada kenyataannya dirinya masih memiliki tato itu. Tato yang sama persis dengan yang dimiliki Angki. Seharusnya Gale menghapus tato itu tanpa menunggu waktu lama, namun, ia tidak mau kenang-kenangan bersama Banyu hilang begitu saja. Ia ingin melihat tato itu memudar dengan sendirinya, menjadi saksi kalau hari itu dirinya dan Banyu pernah bersama.
Hanya hari itu keduanya berbicara lagi setelah Gale memilih diam melihat Philove bersama Banyu. Tidak banyak penjelasan tentang keduanya, yang jelas Philove memilih Banyu ketimbang dirinya. Yang ia benci adalah Philove, bukan Banyu.
![](https://img.wattpad.com/cover/150994760-288-k342589.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Messy (COMPLETE)
Teen FictionDari awal pun, hubungan ini dimulai dengan alasan yang tidak jelas. Terlalu berantakan untuk memulai cinta di dalamnya. Ada yang salah dalam hubungan ini, tapi mereka sama-sama tidak peduli, atau lebih tepatnya berpura-pura tidak peduli. Sesuatu yan...