- - m e s s y - -Kakinya melangkah pelan melewati nisan demi nisan yang berjajar rapi dan terawat itu. Di tangannya terdapat rangkaian bunga yang ia beli di sebuah toko bunga langganannya. Meski sebenarnya ia tidak terlalu sering membeli, namun pemilik toko bunga itu mengingatnya. Katanya, hanya dirinyalah yang datang seorang diri untuk membeli bunga namun tidak bersemangat.
Dia tidak menjelaskan apapun kepada pemilik toko bunga itu tentang alasannya. Ia hanya tersenyum tipis untuk menanggapi. Setelah membeli rangkaian bunga yang selalu sama itu, ia menuju ke tempat dimana ia bisa merasa tenang sekaligus merasa sesak.
Hanya berjarak beberapa meter lagi, seharusnya ia terus melangkah menuju nisan yang ia tuju. Namun, mendadak kakinya kaku dan ia berdiri membeku di tempatnya. Matanya menatap nisan di bagian paling ujung itu dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Yang jelas, ia seolah takut melangkah mendekati nisan itu.
Dipejamkan matanya sejenak, ia mendongak ketika bunga kering yang terbawa angin itu jatuh lalu mengenai dirinya. Ia tersenyum tipis, setelah menghela napasnya, ia melangkah kembali. Karena pada akhirnya, ia memang harus berani dan tidak menjadi pengecut.
Ia meletakkan rangkaian bunga itu di sisi nisan yang masih sama bagusnya seperti pertama kali diletakkan, syukurlah, masih terawat dengan baik. Ia duduk di sisi nisan itu, tangannya mengusap nisan itu perlahan. Meski hatinya terasa nyeri, namun ia berusaha menahannya.
BANYUGENI
Bin
LAKSMANA MANGGALA
Lahir: 13 - 10 - 1998
Wafat: 12 - 10 - 2019Nama yang terukir pada batu nisan itu membuat hati Gale merasakan sesak. Ia merasa kosong setiap menemui sosok yang selalu menjadi sisi lain dari dirinya itu.
"Apa kabar?" Butuh waktu lama bahkan hanya untuk menyapa terlebih dahulu.
Gale tersenyum tipis ketika semilir angin membuat daun-daun kering mulai berjatuhan dari rantingnya. Ia kehilangan kekuatannya setiap datang menemui Banyu. Terbukti betapa pengecutnya ia karena semenjak setahun terakhir, Gale hanya berani menemui Banyu beberapa kali. Selain karena belum bisa menerima sepenuhnya kepergian Banyu, lebih dari itu, Gale merasakan sesak yang luar biasa setiap mengingat apa yang telah terjadi.
Bukan Gale mengungkit dan terus mengingat, namun Angki selalu menjadi bayangan yang cukup menakutkan bagi Gale. Sekeras apapun Gale mengatakan kalau semua sudah berlalu dan tidak apa-apa, pada dasarnya, Gale tetap tidak bisa melupakan kejadian itu. Perasaan sakitnya masih terasa sama.
Gale menundukkan wajahnya. "Gue kangen main sama lo, Nyu. Gue nggak pernah marah sama lo, nggak pernah merasa dikhianati. Gue tau lo pasti selalu punya alasan dibalik hal itu."
Gale selalu menghormati Banyu, sosok yang selalu ia idolakan dan sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Banyu yang menyelamatkam dirinya tiga tahun yang lalu, kalau tidak ada Banyu saat itu, entah dirinya masih bisa bernapas sampai detik ini atau tidak. Dari Banyu, Gale belajar kalau orang yang terlihat buruk bisa jadi berbanding terbalik. Justru mereka baik, meski penampilan mereka tidak menyakinkan.
Entah akan jadi seperti apa hubungan keduanya kalau Gale tidak bersikap biasa saja saat itu. Banyu tidak menjelaskan banyak, cowok itu hanya tersenyum dan meminta Gale mengikhlaskan segalanya. Banyu ingin hidup bahagia sekali itu saja, dan Gale tentu tidak bisa mengatakan tidak.
Terekam jelas di memorinya bagaimana canggungnya keduanya setelah kejadian itu. Namun, Banyu seolah lupa kalau perasaan Gale tidak sebaik-baik kelihatannya, tidak sebiasa yang Banyu kira. Gale merasakan sakit yang sangat dalam, luka itu tertoreh tanpa permisi, begitu cepat menelusup ke dalam hatinya dengan duri-duri yang tidak tahu diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Messy (COMPLETE)
Teen FictionDari awal pun, hubungan ini dimulai dengan alasan yang tidak jelas. Terlalu berantakan untuk memulai cinta di dalamnya. Ada yang salah dalam hubungan ini, tapi mereka sama-sama tidak peduli, atau lebih tepatnya berpura-pura tidak peduli. Sesuatu yan...