31. Ngambek?

2.1K 214 22
                                    


- - m e s s y - -

Gale melemparkan dirinya ke ranjang empuk yang ada di kamar apartemen tempatnya mencari ketenangan. Ia memejamkan matanya sejenak lalu kembali menatap langit-langit kamar yang bercat putih itu. Helaan napas berat itu menandakan betapa lelah dirinya melewati hari-harinya, apalagi hari ini.

Ketika banyak alasan yang mengharuskannya pergi, Gale justru memilih untuk tetap peduli. Memilih tetap tinggal, meski pernah disakiti oleh orang yang sama. Ia tidak tahu kenapa tidak pernah membenci perempuan itu, meskipun ada rasa kekecewaan di lubuk hatinya. Pada akhirnya, semua sikap Gale justru balik menyakiti hati perempuan yang nyatanya pernah menyakitinya itu.

Tangan kasar itu mengusap wajahnya cepat, lalu beranjak dari baringnya dan memilih duduk lebih dulu. Tidak ada tanda-tanda umpatan atau makian keluar dari mulut kasarnya itu, ia diam, yang justru semakin memperlihatkan betapa banyaknya amarah yang tersimpan di dalam tubuh apinya itu.

"Mau minum nggak lo?" Jege sudah duduk di sofa dengan membawa botol minuman juga gelas dari luar, cowok itu menatap Gale dengan santai. Ia hapal betul kenapa Gale kembali ke tempat mereka berkumpul, sudah jelas pasti urusan hidupnya semakin berantakan.

Gama datang membawa kacang dan langsung merebahkan dirinya pada karpet bulu itu, sedangkan Pavard justru datang dengan membawa minuman bervitamin c yang dikemas dengan gelas kaca, sangat berbanding terbalik dengan minuman Jege.

"Nikmatin hidup, mati ntar nyesel," celetuk Jege dengan kekehannya, ia adalah sahabat paling jahat karena justru semakin membuat jengkel Gale. Cowok itu memilih tidak peduli dan justru menuangkan minuman itu ke beberapa gelas yang ada di hadapannya itu.

"Nyesel itu kalo lagi minum terus keselek terus mati," kata Pavard dengan nada serius namun dibarengi senyuman miring. "Belum tobat udah mati."

"Hahaha."

"Emang anak guguk!"

Gama melempar kulit kacang ke arah Pavard dan tepat mengenai wajah cowok itu. "Ngoceh aja anak bawang!"

"Hahaha!" Jege tentu menjadi pihak yang paling bahagia kalau Gama bisa menjadikan Pavard bahan hinaan.

Pavard mendengus, cowok itu memilih meminum vitamin c ketika kedua temannya memilih minuman berwarna gelap itu. Kakinya menendang Gama sedikit kuat ketika cowok itu beranjak dan berjalan ke arah Jege untuk mengambil minuman. Gama menjulurkan lidahnya lalu menertawakan kekesalan Pavard.

"Minum, Le," tawar Gama dengan memajukan gelasnya yang terisi setengah itu ke arah Gale, melihat itu Gale hanya menggeleng.

"Bagus." Pavard melirik Gale dengan tersenyum. " Lo jangan sesat kayak mereka berdua, mending kayak gue, minuman sehat."

Gama dan  Jege melakukan cheers sebelum menengguk minuman di gelas itu. Tidak sampai sepuluh detik, gelas itu sudah kosong. Kebiasaan keduanya kalau sudah lama tidak minum memang seperti itu.

"Lagaknya suci kali, hahaha." Jege mengejek Pavard. "Udah kayak lupa rasa nikmatnya orang tua," sambungnya dibarengi tawa.

"Jangan fitnah ya lo!"Seru Pavard semakin kesal, lalu ia berceletuk. "Minum yang mahal dikit kek, jekdi minimal."

"Anak bawang diem aja, Vard."

"Seloki aja tipsy kalo Pavard."

"Hahaha!"

Gale yang sedari tadi hanya menjadi pengamat itu kini mendekati ketiganya, cowok itu menerima sodoran gelas dari Gama lalu menyesapnya pelan.

"In the sky, man!"

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang