3. Pribadi

4.4K 301 11
                                    


- - m e s s y - -

"MBA KEIN!!!!!" suara melengking itu menggema di setiap ruangan di rumah Kein. "HUA!!! MBA KEINNN YA AMPUN!!!"

Kein yang sedang melepas sepatunya itu meringis melihat adik sepupunya yang berlari sembari berteriak semuanya. Seolah rumahnya adalah hutan belantara yang bisa menjadi pelampiasan suaranya itu. Ia belum bereaksi banyak ketika adik sepupunya itu sudah meloncat dan sudah terduduk di sofa yang ia duduki.

"MBA KEIN! MBA KEIN! PINI MAU TELL STORY!! HUAAA!!"

"Pini, pelan-pelan," Kein berbicara dengan hati-hati.

"ISH MBA KEIN INI IMPORTANT BANGET! YA AMPUNN!! PINI PATAH HATI BANGET!!" Ya ampun. Memang adik sepupu Kein yang satu ini kalau ngomong sama kayak toa masjid. Suaranya nyaring sekali. Tapi suka lupa diri. Sampai Kein harus sabar sendiri kalau Pini sudah datang dan curhat sana-sini.

Karena sudah terbiasa mendengar suara Pini, Kein sendiri bisa memaklumi. Hanya saja Kein ingin Pini merubah kebiasaan itu. Gimana mau dapet cogan kalau suara cempreng begini? Kein tanpa sadar terkekeh sendiri. Yang tentu membuat Pini terbengong. Jangan-jangan Mba Kein mulai gila? Pikiran Pini mulai ngaco.

"Mba Kein yang baik hati tapi tetep cantikan Pini, don't gila dulu please," Pini memelankan suaranya, ia menggenggam tangan Kein.

Kein tertawa. "Apasih Pini, siapa yang gila?"

Pini mengerucutkan bibirnya, imut banget. Ia melepaskan tangannya dari yang tadinya menggengam Kein, kini kembali di sisi tubuhnya. "Lagian Mba Kein malah gitu."

"Maaf," kata Kein, ia menggeser sepatunya ke dekat meja. Ia lalu menoleh dan pandangannya bertemu dengan Pini. "Kamu kenapa?"

"HUAAAA!!!! OH MY GOD, mba Kein you must know banget," ucap Pini kembali bersemangat membuka suaranya, meski lebih mending sekidit karena suaranya lebih pelan jadi sampai ke telinga juga enak.

"Iya-iya kenapa?"

"My gebetan masa going to home sama someone, mba," Kein rasanya ingin tertawa, sumpah, Pini yang tadi masih biasa saja kini raut wajahnya sedih banget. Padahal Kein sendiri tahu kalau Pini tidak pernah benar-benar jatuh hati, tapi kalau cerita ya pasti heboh sendiri.

Pini ini adik sepupu Kein yang rumahnya hanya berjarak beberapa rumah dengan rumah Kein. Dia masih kelas sebelas, lebih tepatnya satu tahun di bawah Kein. Mereka tidak bersekolah di sekolah yang sama, meski begitu Kein hampir tahu apapun yang berhubungan dengan Pini. Bagaimana tidak, bahkan di sekolah pun, terkadang Pini mengiriminya pesan panjang lebar.

Dari jaman Pini smp juga memang anaknya sering suka sama cowok, ada sekitar 5 orang sampai sekarang. Dan tidak ada yang menjadi pacarnya. Bukan karena cowok itu tidak mau dengan Pini, hanya saja Pini itu tertarik sebatas suka. Suka sama seseorang bisa dihitung lamanya, paling lama hanya dua bulanan. Meski hanya berbeda satu tahun dengan Kein, Pini terkadang masih seperti anak-anak. Pembawaannya yang ceria bisa membawa hiburan tersendiri bagi Kein. Seperti itulah senyuman yang selalu ada di wajah Pini. Yang selalu membuat Kein yakin kalau tersenyum bisa membawa kebahagiaan pada orang lain juga. Jangan lupa tersenyum ya!

"Iya?" Tanya Kein yang begitu tertarik dengan cerita Pini. Selain karena Kein memang penasaran, Kein juga mencoba antusias untuk mendengar cerita orang lain. Berdasarkan buku psikologi yang ia baca, setiap orang akan senang menceritakan dirinya sendiri. Kein selalu berusaha melakukan yang baik.

Pini mengangguk cepat. "Patah hati aku Mba, emang aku nggak secantik itu ya?"

"Lho, kata siapa?"

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang