- - m e s s y - -"Mana Kein?!" Seruan pertama yang menyambut Gale ketika sampai di rumahnya.
Mora berdiri dengan wajah yang sangat tidak bersahabat. Di balik sofa itu Rocheska dan Nara bersembunyi, sedangkan Pora memilih untuk diam terlebih dahulu. Mora memang lembut, namun ketika seseorang melakukan hal yang tidak ia suka, maka muncullah sifat aslinya yang garang seperti macan itu.
Gale menatap Mora yang sudah dipastikan sedang marah itu. Dengan santai ia menjawab, "Pulang ke rumahnya."
"Mora udah bilang, jauhin perempuan itu! Kamu denger Mora nggak Gale?!" Bentak Mora tanpa bisa ditahan-tahan lagi. Sejak tadi ia sudah menunggu kepulangan Gale. Yang sebenarnya ia harapkan kembali bersama Kein, tapi sayangnya Gale justru kembali sendiri.
Gale berdiam diri di tempatnya.
"Dari dulu Mora nggak pernah suka sama dia! Dan kamu tau apa yang udah dia lakuin sama Rocheska?" Tidak ada kelembutan dari suara Mora, nadanya bahkan selalu tinggi. Ia menatap Gale dengan nyalang. "Anak sekecil Rocheska aja dia gituin! Perempuan yang selalu kamu bela itu, makin hari kelakuannya makin nggak karuan!"
"Mora nggak bisa jelekin orang gitu aja, Mor," celetuk Gale seolah lupa kalau Moranya sedang emosi. Wajahnya sangat datar meski Mora sudah begitu ekspresif karena kemarahannya.
Mora tersenyum sinis. "Mora jelekin dia?! Kamu semakin ngelawan sama Mora ya, Le! Mora ini Ibu kamu!"
"Mor," panggil Pora dengan lembut. Ia berdiri menyamai istrinya itu, lalu mengusap tangannya.
"KAMU ANGGEP MORA APA GALE?!" Bentak Mora dengan matanya yang sudah memerah.
Melihat itu Gale menjadi kaku, Ia merasakan perasaan bersalah itu. Menyesal menjawab ucapan Mora tadi. Ia benci ketika dirinya membuat Mora hampir menangis, bahkan sampai menangis. Ingatan kejadian yang lalu itu acap kali menghantuinya. Membayangkan Mora meneteskan air mata karena marah dengannya adalah hal yang selalu Gale benci.
Sedangkan Mora, ia sudah tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Dadanya naik turun menandakan ia sedang emosi.
"Mora semakin ngerasa kamu bukan lagi anak Mora, Le," suara Mora menjadi serak, matanya mulai berlinang menatap nanar Gale yang hanya diam itu.
Pora yang mendengar itu langsung mendekati Rocheska dan Nara, memerintah dua gadis cilik itu ke kamar Mbak Biya yang ada di paviliun belakang. Ia tidak mau kedua anak itu mendengar pertengkaran antara Mora dan Gale. Dua orang dewasa yang sama-sama keras kepala.
"Kamu selalu ngasih uang kamu ke Philove, Le?" Tanya Pora setelahnya. Ia bertanya seolah tidak mengetahui apa yang dilakukan Gale, padahal jelas, Pora selalu tahu pengeluaran Gale. Uang yang diberikan kepada Gale tidaklah sedikit setiap bulannya, namun selalu habis begitu saja. Itulah awal kecurigaan Pora.
Gale mengangguk saja, tidak ada guna ia mengelak. Ia tidak sanggup melawan Mora dan Pora.
"Semua kebutuhan dia dari kamu?" Tanya Pora lagi, dirinya menatap Gale sembari menggeleng pelan. "Nggak seharusnya kamu melakukan itu."
"Philove sama Angki tanggung jawab Gale, Por, Mor," katanya lemah. Suaranya bahkan nyaris tidak terdengar, perasaannya pun tidak karuan. Bercampur menjadi satu, antara rasa marah, rasa bersalah, juga kekecewaan yang entah untuk apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Messy (COMPLETE)
Teen FictionDari awal pun, hubungan ini dimulai dengan alasan yang tidak jelas. Terlalu berantakan untuk memulai cinta di dalamnya. Ada yang salah dalam hubungan ini, tapi mereka sama-sama tidak peduli, atau lebih tepatnya berpura-pura tidak peduli. Sesuatu yan...