28. Pacaran

2.6K 232 49
                                    


- - m e s s y - -

Gale mengangkat sebelah alisnya, ia kemudian tersenyum geli melihat Kein yang sudah berdiri di halaman rumahnya itu. Senyuman manis itu menjadi hal pertama yang Gale perhatikan sejak ia sampai. Melihat binar di mata Kein mau tidak mau membuat dirinya tersenyum.

Kein sendiri seperti mimpi melihat Gale di hadapannya sepagi ini. Senyuman di wajahnya tidak luntur sejak pagi buta ketika Gale menghubunginya. Ia bahkan mempersiapkan diri awal hanya tidak ingin terlambat. Jangan tanya seberapa bahagia Kein hari itu, karena jawabannya sudah pasti kelewat bahagia. Degupan jantungnya tidak terkendali, demi Tuhan ini pertama kalinya setelah mereka berpacaran dua tahun. Sangat wajar Kein bisa sesemangat itu untuk mengawali harinya.

"Aku tinggal ya kalo kamu nggak buruan naik." Gale membuyarkan lamunan Kein, cowok itu sudah menertawakan kekonyolan Kein yang sedari tadi hanya senyum-senyum.

Kein melangkah mendekati Gale, ia memakai helm miliknya lalu naik ke atas motor itu. Ia pikir Gale berbohong akan menjemputnya menggunakan motor milik Pora, ternyata cowok itu benar-benar datang mengendarai motor.

"Berangkat sekarang?"

Kein mengangguk semangat. "Iya, takut kesiangan kalo kelamaan."

"Mau pegangan nggak?" Goda Gale yang tahu Kein tidak berpegangan pada dirinya.

Pipi Kein memerah, begitu menggemaskan, hal yang paling jarang terjadi. Bisa-bisanya ia bersikap malu-malu padahal yang ada di dekatnya itu pacarnya sendiri. Ia benar-benar belum percaya kalau itu Gale sungguhan, bisa saja itu makhluk jadi-jadian yang menyamar menjadi Gale. Astaga.

"Kein."

"Aku malu," lirihnya.

Gale semakin terkekeh mendengarnya. "Malu kenapa, Keina?"

"Ya ampun malunya aku, Le," ucapnya ketika tangannya ditarik untuk melingkar di pinggang Gale. Diam-diam Kein tersipu, bahkan di mimpi pun dirinya tidak pernah membayangkan akan seperti ini dengan Gale.

Tolong dong, hati gue meleleh kalo diginiin. Batin Kein menjerit. Ini beneran Gale pacar Kein bukan sih?

Tidak mau membuang waktu lagi, Gale menghidupkan motor itu lalu mengendarainya santai. Bukan hanya Kein, Gale pun merasa sama bahagianya pagi itu. Melihat senyuman Kein benar-benar membawa energi positif di dalam diri Gale. Sebagian hati Gale menghangat, ruang hampa di dalamnya mulai kembali hidup.

Setelah sekian lama, ruang kosong itu terasa hidup. Hanya perempuan sederhana yang begitu sabar dan selalu tersenyum tanpa beban yang bisa membuat Gale nyaman. Setiap rasa sakit itu entah kemana, kini semua digantikan perasaan senang. Benar kata Jack, senyuman Kein itu seperti kokain, nagih.

Mengesampingkan rasa malunya, Kein menoleh ke samping lalu menyadarkan kepalanya di punggung Gale. Rasanya nyaman sekali, ia begitu bahagia. Andai hubungan seperti ini yang keduanya bangun sejak dulu, mungkin Kein akan sangat beruntung bersama Gale.

"Kein," panggil Gale.

"Ya?"

"Seneng nggak?"

"Banget! Seneng banget, aku norak banget pasti sampe segininya." Kein nyaris berkaca-kaca, entah mengapa ia pun tidak tahu. "Aku sampe mikir, ini beneran kamu bukan sih?"

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang