15. Gale untuk Kein

2.9K 251 32
                                    


- - m e s s y - -

"Hai," sapa Kein dengan tersenyum yang begitu manis. Matanya berbinar melihat tubuh Gale yang menjulang tinggi di sisi mobil itu.

Gale hanya diam, bukan hal asing Kein yang tersenyum dan menyapanya lebih dulu. Namun, tanpa perlu dijelaskan, Gale sudah tahu ada yang berbeda dengan Kein. Sepintar apapun perempuan ini menutupi dari dirinya, rasanya Gale tidak akan sebodoh itu.

Ia menarik Kein yang ada di hadapannya itu untuk lebih mendekat, hingga tubuh keduanya nyaris menempel kalau Kein tidak menahan dirinya sendiri. Cewek itu bahkan meletakkan tangannya di dada Gale agar tubuh keduanya tidak menempel. Namun, Gale terlihat begitu biasa, tidak ada pikiran untuk melakukan hal jauh pada Kein, karena dirinya pun tidak akan pernah merusak Kein—setitikpun.

Mata Gale meneliti mata Kein dengan dalam, sesekali Kein melirik ke arah lain dan menghindarinya. "Kenapa?" Tanyanya datar.

Kein menggeleng, masih berusaha tersenyum kecil.

"Aku tanya kenapa?" Meski bertanya dengan nada datar dan terlihat seperti tidak peduli, nyatanya pertanyaan Gale begitu menuntut jawaban. Tentunya siapa yang bisa mengelak dari Gale jika ada di posisi Kein.

Keduanya saling menatap, menyelami kedalaman mata satu sama lain. Kein tidak tahu kenapa mulutnya justru tertutup rapat, lidahnya kelu. Ia tidak bisa menghindari Gale dengan dirinya yang sedang seperti sekarang. Mata tajam Gale bahkan tidak menunjukan pandangan mengiba atau seperti berminat, namun matanya menuntut. Menunggu Kein berani mengatakan sesuatu padanya.

Tanpa bisa dikendalikan mata Kein mulai berkaca-kaca, ia masih bertahan bertatapan dengan Gale. Ia bahkan tidak menyadari kalau Gale masih menahan tubuhnya. Perasaan sesak itu terasa kembali, begitu hebat sampai membuatnya semakin tidak kuasa menahan semuanya.

Gale diam. Matanya melihat dengan jelas bagaimana Kein menahan dirinya sendiri untuk tidak meneteskan air mata. Perempuan itu tersenyum lalu mendongakan kepalanya. Dia sedang menahan air matanya agar tetap di pelupuk matanya dan tidak jatuh. Ditariknya Kein ke dalam rengkuhannya, membiarkan perempuan itu bersandar walau hanya sejenak dan tidak akan mengubah apapun. Keinnya saat ini bukan Kein yang biasa ia bentak, melainkan Kein yang ia kenal sebagai sosok penyembunyi luka dibalik matanya.

Seberusaha apapun Kein untuk tidak meneteskan air mata, ia gagal. Gale selalu bisa membuatnya menjadi paling apa adanya, menjadi sosok yang begitu rapuh. Cairan itu meluruh begitu saja di pipinya ketika tubuhnya bertemu dengan tubuh Gale. Ia menyandarkan kepalanya pada dada bidang itu, tangannya menglingkupi punggung Gale, mencari kekuatannya di sana.

"Capek, Le," lirihnya pilu, isakannya mulai terdengar meski begitu pelan.

Gale mengangguk saja, ia tahu betapa lelahnya menjadi Kein. Ekspresinya menjadi begitu dingin ketika menatap pintu rumah Kein, tempat dimana Kein harus terbiasa kuat. Sebagai seseorang yang dekat dengan Kein, Gale sudah tahu semua.

Jelas sekali kalau apa yang baru dilalui Kein pastilah begitu berat. Apalagi melihat seragam Gema Nusantara yang masih nyaman dipakainya, menandakan kalau Kein pun belum lama sampai di rumah. Ia tahu kalau tadi Kein ke kedai kopi, karena cewek itu tentunya akan mengatakan padanya lebih dulu. Dan kalau Kein sudah ada di kedai kopi, bisa dipastikan sampai berjam-jam lamanya. Yang menyedihkan adalah, Gale tidak pernah mau menemaninya ada di kedai kopi, entahlah, Gale merasa duduk berjam-jam di suatu tempat dan hanya diam adalah hal sia-sia. Sangat aneh. Namun, Gale tidak akan mencela, setiap orang memiliki tempat untuk menenangkan diri. Dan mungkin, kedai kopi adalah tempatnya menenangkan diri.

Ada begitu banyak sisi Kein yang Gale tahu—tentu ia mengetahui banyak tentang Kein, walau terlihatnya dirinya begitu acuh dan tidak peduli. Gale tidak mungkin bertahan kalau tidak mengenal Kein.

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang