35. Masih kita

1.9K 242 167
                                    


- - m e s s y - -

Andra meletakkan susu kotakan itu ke meja di hadapannya dan Kein. Ia baru saja mendudukan diri setelah membeli susu di sisi pojok kantin. Tanpa bicara lebih dulu tangannya sudah mengambil susu strawberry miliknya dan meminumnya dengan cepat.

Kein hanya tersenyum melihat hal itu, ia sudah hapal betul kebiasaan Andra. Akhir-akhir ini keduanya jarang bisa menghabiskan waktu bersama karena Andra memang sibuk mengurus berkas untuk kuliahnya.

"Minum," suruh Andra sambil melirik kotak susu coklat itu.

Tangan Kein menarik kotak susu itu lalu menusuknya dengan sedotan. "Jadi ngambil kuliah di luar?"

Andra mengangguk. "Kayaknya, ribet banget anjir."

Kein hanya tertawa, ia memotong batagor yang dipesannya bersama Andra tadi. Membaginya menjadi lebih kecil-kecil baru memakannya. Batagor paling enak yang sebentar lagi akan ditinggalkan, kalau kangen bagaimana? Ia sampai memikirkan kalau sudah lulus, terus nanti kangen jajanan kantin, pasti lumayan sedih. Meskipun dirinya tidak terlalu menyukai dunia sekolahnya, tapi cukup menikmati apa-apa saja yang ada di dekatnya.

"Eh, Ndra." Kein memanggil Andra yang tentu membuat perempuan itu menatapnya.

"Gimana?"

"Setelah lulus, gue bakal pindah." Kein memberitahu.

Andra meletakkan kotak susu yang sedari tadi ia pegang. Tangannya menyingkirkan piring batagor itu, ia menatap Kein dengan serius. "Kemana?"

"Belum tau," jawabnya jujur. "Reila ngajak gue ikut dia setelah ini."

Andra masih menatap Kein, ia mencoba melihat raut wajah sahabatnya itu. Terlalu banyak yang tidak diperlihatkan di sana, membuatnya kesal sendiri. "Gue udah kelewat apa aja sampe baru tau ini?" Tanyanya.

Kein tersenyum mendengar itu. "Gue juga baru dikasih tau Reila tadi pagi, gitu deh pokoknya."

"Semua okay 'kan?"

"Keliatannya?"

Mata Andra memincing, ia tahu sekarang, ada sesuatu yang sudah ia lewatkan. "Apalagi sekarang?" Ia balik bertanya.

"Eh?"

"Lo lagi kenapa, Kein?"

"Enggak sih," katanya menjeda kelimatnya itu, ia menatap Andra yang menatapnya serius. Sepertinya kalau Kein tidak melanjutkan kalimatnya, bisa dipastikan Andra akan mendesaknya. Ia menghela napas, kemudian berkata, "Cuma...."

"Cuma.... cuma apa?" Andra menuntut.

"Nggak serius ih, cuma semua lagi keliatan aneh aja." Kein mengeluarkan keresahannya juga. "Entah cuma perasaan gue atau emang kayak gitu."

Andra merasa tidak berguna menjadi orang terdekat Kein karena tidak tahu bagaimana perasaan Kein sebenarnya. Ia merangkul Kein dengan sayang, berharap hal itu bisa membuat Kein merasa kalau masih ada orang-orang yang peduli padanya. Dekat dengan Kein beberapa tahun ini membuatnya merasa kalau sakit Kein juga akan menjadi sakitnya.

"Yang kuat, Kein," lirihnya.

Kein justru tertawa pelan, ia menoleh pada Andra. "Ndra, nggak usah menye-menye ih, doain aja gue bisa ya."

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang