21. Omong kosong

2.9K 259 21
                                    


- - m e s s y - -

Cowok itu berjalan dengan tertatih-tatih di halaman rumah sederhana yang baru pertama kali ia datangi. Tangannya menyentuh perutnya yang terasa sangat sakit, sesekali ia terbatuk-batuk lalu meringis kesakitan. Sudut bibirnya mulai membiru dan darah yang tadinya segar mulai mengering. Matanya sedikit menyipit karena di sisi matanya itu, kulit wajahnya digantikan warna merah, tadi wajahnya menyentuh aspal.

 Matanya sedikit menyipit karena di sisi matanya itu, kulit wajahnya digantikan warna merah, tadi wajahnya menyentuh aspal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sebenernya lebih parah hmhm)

Tiba di depan pintu, tangannya mengetuk sedikit kuat. Tanpa memanggil pemilik rumahnya ia pun sudah tahu kalau pintu akan dibuka. Benar, tidak lama dari ketukan pintunya, terdengar langkah seseorang di balik pintu itu.

"Siapa?" Tanya suara lembut itu, kemudian pintunya terbuka perlahan. Memperlihatkan wajah terkejutnya.

Melihat perempuan di hadapannya hanya berdiri kaku dan menatapnya bingung, cowok itu tersenyum sebisanya. Ia mengedarkan pandangannya ke dalam sana, meski yang ia lihat hanya ruang yang kosong dan tidak ada tanda-tanda orang lain di dalamnya.

"Siapa, Kein?" Suara lain terdengar dari dalam, suaranya pelan namun sangat dirindukan.

Cowok itu tersenyum sumringah, matanya berbinar mendengar suara itu. Berarti benar. Sang pemilik suara itu mendekat, namun kemudian membeku di dekat kursi itu, dia melangkah mundur perlahan.

"Andra," panggilnya, panggilan singkat yang bisa membuat Andra berhenti dari langkahnya. "Pulang, Ndra," lanjutnya.

Andra menggeleng, meski matanya tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya melihat Jack yang tampak kacau itu. Ia ikut meringis pelan melihat darah yang ada di wajah Jack.

Kein memperhatikan keduanya sejak tadi, ia kemudian membuka pintunya lebih lebar. "Masuk, Jack," ajaknya lalu memberi ruang untuk Jack masuk ke dalam rumahnya.

Tanpa diminta atau disuruh pun Andra sudah mendekati Jack. Kein bahkan harus menggelengkan kepalanya melihat hal itu. Menyaksikan bagaimana Andra membantu Jack yang kesulitan berjalan itu untuk duduk di sofa rumahnya. Ia bahkan tidak habis pikir, bagaimana Andra yang selalu besikap kasar pada orang yang tidak ia suka itu bisa lembut pada Jack.

Ia tidak tahu apa yang sudah dilalui Andra bersama Jack. Memundurkan waktu sedikit saja, Kein masih ingat betapa ketakutan Andra yang memeluknya. Namun, sekarang justru Andra sedang duduk di sebelah Jack.

Kein tidak mau menerka-nerka apalagi berprasangka, yang jelas ia hanya ingin mengamati dan menjadi orang yang memahami dari berbagai sudut pandang. Ia menyadari kalau untuk hidup di dunia ini, manusia tidak boleh melihat hanya dari satu presepsi—harus dari banyak presepsi. Itu semata-mata agar kita tahu kalau orang lain juga memiliki pandangan tentang suatu hal.

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang