- - m e s s y - -"Makasih," kata Kein pada Gale ketika cowok itu memberikan ice coffee yang mereka beli tadi di salah satu kedai kopi di pinggir jalan. Kein belum pernah ke sana, namun, rasanya lumayan enak.
Gale mengangguk, cowok itu sudah duduk di lantai. Ia meminum ice coffee miliknya lalu meletakkan cup-nya sembarangan. Tanpa membuka suara pun, Gale sangat yakin kalau Kein akan mengikuti dirinya untuk duduk. Entah keberanian dari mana, Gale membawa Kein ke tempat yang cukup memiliki kenangan dalam bagi Gale. Ia hanya merasa untuk menghadapi apa yang ia benci adalah dengan tidak menghindari. Benar kata Pavard, ia tidak bisa selamanya menjadi pengecut yang akan terus lari.
"Aku kira kamu nggak suka kopi." Kein berceletuk, ia sudah duduk di sisi Gale.
"Nggak suka bukan berarti nggak mau nyoba, Kein." Gale mengulum senyumnya, "Lumayan rasanya."
Kein meluruskan kakinya, ia merasa begitu bahagia hari ini, banyak hal yang ia lakukan bersama Gale. Ia bahkan sampai mengucapkan kalimat yang sama di dalam dirinya; gini ya rasanya pacaran. Padahal, dia dan Gale sudah berpacaran hampir dua tahun, namun baru kali ini melakukan hal-hal yang dilakukan orang pacaran seperti kebanyakan.
Gale menatap lurus ke depan, tidak ada pemandangan bagus selain langit yang mulai berubah warna menjadi jingga.
"Ini tempat apa sih sebenernya? Sepi banget ya." Kein memperhatikan sekelilingnya yang benar-benar senyap itu, ia bahkan tidak pernah tahu kalau ada deretan gedung kosong yang bisa dimasuki areanya.
Tidak ada jawaban dari Gale, ia masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Kenapa masih mau di sini, Kein?"
Kein langsung menatap Gale bingung, apa maksud dari pertanyaan Gale? Ia benar-benar tidak mengerti mengapa pertanyaan itu yang justru Gale lontarkan. Apasih yang sebenarnya Gale alami kemarin sampai membuat cowok itu berubah banyak dalam semalam?
Ia tersenyum tanpa menatap Gale. "Nggak tau kenapa, setiap sama kamu semua kayak ngalir aja, Le. Dulu, aku selalu pengen ada di hubungan yang nerima aku, terus ketemu kamu, kita jalanin ini, dan ya gini."
Gale cukup tertegun mendengar itu, namun ia memilih tetap diam selama beberapa saat. Begitu banyak hal yang harus ia satukan agar tidak lagi bertentangan. Dirinya yang masih tidak tahu harus bersikap bagaimana. Kein mungkin menjadi salah satu alasan dirinya tetap berpikir jernih sampai sekarang.
"Aku nggak sebaik yang kamu pikir, Kein."
Kein menggeleng. "Kamu baik, di saat orang lain nganggap aku rendah pun, kamu satu-satunya orang yang menganggap aku cewek baik, Le."
Mau tidak mau Gale menyunggingkan senyuman tipisnya. Kein selalu bisa membuatnya dihargai setelah sekian lama tidak ia rasakan.
"Mau tau nggak? Pertama kali kita ketemu, aku udah suka sama kamu," kata Kein dengan mengeluarkan cengirannya.
"Tau."
"Beneran?! Aku keliatan banget ya?"
Gale menggeleng, ia mengulum senyumnya. "Udah banyak cewek yang malu-malu di depan aku, makanya paham. Lagian, kamu habis judes ke Aldo waktu itu berubah kayak kucing lugu yang senyum malu-malu, kebaca."
KAMU SEDANG MEMBACA
Messy (COMPLETE)
Teen FictionDari awal pun, hubungan ini dimulai dengan alasan yang tidak jelas. Terlalu berantakan untuk memulai cinta di dalamnya. Ada yang salah dalam hubungan ini, tapi mereka sama-sama tidak peduli, atau lebih tepatnya berpura-pura tidak peduli. Sesuatu yan...