18. Philove

2.6K 300 28
                                    


So sorry kemarin di unpublish lagi, soalnya belum selesai(:

- - m e s s y - -

Sekeras apapun Kein menentang Gale, hasilnya akan tetap sama, ia kalah. Berdebat dengan Gale tidak mungkin menemukan titik temu selain mengikuti apa yang Gale mau. Seperti sekarang, Kein duduk dengan membisu di sebuah cafe bersama Gale untuk menunggu perempuan yang Kein tidak suka.

Untuk pertama kalinya, Kein begitu membenci waktunya bersama Gale. Hatinya panas membayangkan dirinya harus meminta maaf pada Philove. Dirinya tidak salah. Kalau orang lain mengatakan meminta maaf bukan berarti salah, Kein tetap tidak mau melakukannya. Baginya, ketika dirinya tidak salah, maka dirinya tidak mau mengatakan maaf. Sebab itu menunjukan kalau egonya direndahkan begitu saja. Ia banyak belajar tentang bagaimana kehidupan yang kejam.

Banyak hal yang membuat Kein sekeras itu, bahkan mungkin dirinyalah yang lebih keras ketimbang Gale. Hanya saja, Kein selalu menyembunyikan dirinya, ia menunjukannya hanya pada orang-orang tertentu. Ia tidak selembut kelihatannya, tidak juga sebodoh yang dikira orang lain, tidak sebaik itu. Jauh di dalam dirinya, tersimpan sisi gelap yang menyembunyikan luka juga dendam-dendam atas kehidupannya. Ia tidak tersentuh oleh siapapun.

Untuk kali ini, Kein ingin mengikuti alur dari perempuan itu. Tidak apa-apa harga dirinya diinjak sedikit, seharusnya Philove tahu siapa yang benar-benar ia hadapi. Kein sendiri tidaklah mau bersusah payah memulai keributan hanya karena cowok, harga dirinya terlalu tinggi. Namun, dengan posisinya sebagai pacar Gale, mengharuskannya untuk melakukan sesuatu.

Mata Kein mengawasi gerakan lamban dari perempuan yang baru saja masuk ke dalam cafe itu. Ia tersenyum tipis melihat wajah kemenangan dari perempuan itu. Kecantikannya tidak menutupi betapa rendah dia di mata Kein. Tidak peduli secantik apapun perempuan, kalau sopan santunnya kurang, maka rendahlah perempuan itu. Rasanya Kein ingin menertawakan sekolahnya yang bisa memilih queen sekolah seperti Philove.

Gale memandangnya tajam, menyiratkan kepada dirinya untuk mengatakan maaf secepat mungkin. Namun, Kein menghiraukan hal itu, untuk kali ini Kein ingin benar-benar membantah Gale.

"Duduk," titah Gale pada Philove yang tentu langsung dilakukan cewek itu.

"Minta maaf," kata Gale pada Kein. Cewek itu sibuk menilai Philove dari ilmu psikologi yang ia pelajari.

Philove memanglah cantik, tak dipungkiri wajah mulusnya menarik mata yang melihatnya. Tubuhnya yang begitu dirawat sampai membuat siapapun yang melihat terpesona. Mungkin Philove memanglah sosok sempurna yang diidam-idamkan banyak perempuan di luar sana. Berbeda dengan Kein yang bahkan warna kulitnya sering berubah-ubah.

"Yang harus minta maaf aku atau kamu?" Tanya Kein tiba-tiba, matanya memandang lurus Philove.

Entah kenapa Philove mendadak gugup berhadapan dengan Kein. Ia tidak mungkin melakukan hal nekat dengan menyiram wajah Kein, karena di sana ada Gale.

"Yaudah, nggak apa-apa aku yang minta maaf lagi," putus Kein akhirnya, ia tersenyum saja sembari mengulurkan tangannya. "Seenggaknya aku jadi tau kalo nggak semua perempuan cantik itu kelakuannya baik."

Philove menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tidak ada niat menjabat tangan Kein sedikitpun. Ia salah mengira kalau mengadu pada Gale adalah hal yang baik dan menguntungkan. Melihat senyuman Kein membuat dirinya kesal, terlihat sekali bagaimana Kein bahagia berada di sebelah Gale. Seharusnya dirinya yang merasakan itu sekarang.

Sedangkan Gale yang sedari tadi mengunci mulutnya rapat-rapat memilih menjadi penonton atas dua perempuan itu. Menilai melalui apa yang ia anggap benar.

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang