17. Dia

2.5K 350 61
                                    


- - m e s s y - -

"Lo nemuin Kein tanpa ijin gue, Vard?!" Bentak Gale pada Pavard yang hanya diam itu. Wajahnya begitu tenang sangat berbanding terbalik dengan wajah Gale yang sudah memerah menahan amarahnya.

Gale datang ke apartemen tempatnya berkumpul dengan ketiga sahabatnya itu. Ia perlu menemui Pavard setelah mendapatkan pesan yang dikirim oleh seseorang yang ia kenal di sekolahnya. Sebuah foto Kein yang sedang duduk bersama Pavard di sebuah kedai kopi kemarin itu juga ia terima. Sialan. Ia tidak menyangka kalau Pavard diam-diam berani menemui Kein. Ia benci ketika Kein bersama cowok lain selain dirinya.

"Jawab brengsek!" Serunya kesetanan.

Jege yang yang sedang merokok itu hanya tersenyum sinis. "Yaudahlah, ngapain lo ngabisin tenaga lo, Le? Mau Pavard nemuin Kein juga bukan urusan lo."

"KEIN PACAR GUE!"

"Pacar yang bisa lo kasarin gitu aja?" Akhirnya Pavard membuka suaranya. Ia berdiri dari duduknya, kini wajahnya sejajar dengan Gale. Tangan Gale bahkan sudah ada di kerah kaosnya.

Gama menarik tangan Gale, menjauhkan Gale dan Pavard. Ia menahan Gale sebelum cowok itu semakin kesetanan dan tidak terkendali.

"Maksud lo apaan?!" Gale masih berusaha lepas dari Gama.

"Lo lepas aja Kein deh," kata Jege seolah tidak peduli kalau Gale sedang emosi yang tidak stabil. Matanya bahkan menyorot tajam tanpa bisa ditahan.

"Gue kira lo orang yang bisa gue percaya, Vard. Gue pikir lo lebih ngerti gue ketimbang Gama sama Jege, tapi dengan lo yang nemuin Kein tanpa bilang ke gue itu hal paling fatal!"

Pavard terdiam sejenak, lalu suaranya terdengar. "Gue selalu ngerti lo, Le, bahkan ketika lo nyuruh gue untuk selalu ngasih uang ke Philove. Gue cuma nggak mau Kein lebih tersakiti sama lo."

"Tau apa lo tentang gue sama Kein?!" Sambar Gale cepat. Dadanya naik turun menandakan emosinya yang meluap-luap itu.

Pavard hanya tersenyum kecil, ia tentu lebih bisa menggunakan kepala dingin untuk menghadapi Gale. "Nggak banyak, tapi cukup pinter untuk tau seberapa kasar lo sama Kein. Kalo lo anggep dia pacar, bukan berarti lo bisa perlakuin dia seenaknya. Otak lo dimana sampe tangan Kein bisa lebam itu? Lo apain?"

Gale melepaskan dirinya dari Gama, ia menatap sengit Pavard. "Gue lebih tau Kein, lo nggak tau apa-apa."

"Le, lo bukan pengecut yang bisa kasar sama cewek." Gama menimpali.

Jege tertawa mengejek. "Lo kayak baru sadar seberapa pengecutnya Gale."

"Brengsek lo!" Teriak Gale sambil menendang meja itu. Ia sudah bersiap untuk memukul Jege dengan melompat, namun tubuhnya sudah di tahan oleh Pavard.

"Bisa nggak sih lo pake kepala dingin kalo nyelesain masalah?!" Suara Pavard meninggi, ia melepaskan Gale setelah cowok itu berhenti berontak. Andai Pavard sepemikiran dengan Gama dan Jege, mungkin sudah ingin ia habisi Gale. Namun, Pavard tahu kalau Gale harus dihadapi dengan cara yang berbeda. Tempramen tinggi dan keras kepalanya itu membuat orang lain harus sabar.

"Sadar, Le! Lo nggak bisa milikin Kein sekaligus sama Philove. Udah seharusnya lo lepas salah satunya. Gue jadi nggak yakin lo sayang sama Kein, atau selama ini emang Kein cuma pelampiasan lo doang dari Philove?" Jege tersenyum miris membayangkan betapa menyedihkannya menjadi Kein. Hubungan mereka sia-sia.

Messy (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang