"Kalau begitu, bawalah ini," ucap sang penjaga gerai sambil meletak segulung perkamen.
≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡
Scroll of Kara
Type: Common Spell
Element: LightDesc:
Summons light entity, Kara to light up dark places, cause damage on undead.
≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡
"Ini apa paman?"
"Gunakan ini untuk menemukan dan melemahkan Shadow Wisp,"
Sebenarnya, tanpa gulungan itu pun dirinya masih sanggup mengatasi makhluk yang kerap berdiam dalam bayangan itu. Namun demi norma kesopanan, benda itu diterimanya sambil menghatur terima kasih lalu pamit.
Tujuan Asche begitu keluar dari gerai sangatlah jelas, menuju Gilda untuk ambil permintaan. Sekali dayung dua pulau terlampaui, jika bisa lakukan dua permintaan sekali jalan kenapa tidak? Fame dapat, keping Lucre pun bertambah.
Ada satu permintaan yang menarik perhatian Asche sesampainya di Gilda, pembasmian monster yang menyerang peternakan. Sayangnya, seorang petualang berambut emas dengan zirah lengkap juga menatap dengan penuh minat dan langsung meraih kertas permintaan itu.
"Siapa cepat, dia dapat!" umumnya mengibas rambut keemasan lalu pergi ke konter untuk melaporkan permintaan yang diambil.
"Siapa juga yang mau balapan denganmu," gumam Asche sambil mencabut kertas permintaan yang ada di papan Errantry dengan kata kunci yang dari tadi dicarinya, yaitu hutan kelam.
Permintaan yang diambilnya barusan berasal dari tabib desa. Sang tabib hendak meminta dicarikan bahan baku ramuan berupa Medicinal Herb dan Dragonscale Leaf, dua tanaman herba yang banyak tumbuh di lingkar dalam hutan yang sering disebut oleh penduduk desa sebagai wilayah hutan kelam. Dinamakan demikian, karena daerah hutan ini dipadati oleh pepohonan masif berumur ratusan tahun dengan cuatan liar akar yang merambah disana-sini. Mencipta penghalang alami ditambah lagi dengan visibilitas rendah, karena sedikitnya cahaya mentari masuk. Dua hal ini lebih dari cukup jadi alasan, kenapa daerah ini tak terjamah manusia dan jadi tempat sempurna sebagai sarang para monster.
"Puji Demeter, Akhirnya ada juga petualang yang mengambil permintaan ini!" ucap sang tabib dengan wajah penuh kelegaan.
"Aku sedang giat mengumpulkan Lucre sebisa mungkin, jadi apapun permintaan yang tersedia akan kuambil," balas Asche.
"Begitu, yang bisa kulakukan sekarang hanya berucap semoga berhasil,"
Mendapatkan kedua bahan ramuan itu perkara yang mudah, kesulitan sebenarnya ada pada gelombang serangan monster yang menguras stamina. Inilah yang menjadi alasan kenapa para petualang berpikir dua kali untuk mengambilnya, meskipun imbalan yang ditawarkan diatas rata-rata.
Sekeluarnya dari Gilda, Asche tak hentinya senyam-senyum sembari menatapi perkamen dihadapannya. Karena tanpa disadari Fame yang dimilikinya telah memadai untuk mengambil permintaan grade D dan sedikit lagi bisa naik tingkat menjadi petualang menengah.
Apa kau akan terus menatapi benda itu seharian?
"Jika diperlukan untuk menaikkan mood, kurasa iya," cetus Asche memasang cengiran tak terganggu dengan suara dari makhluk astral yang setiap hari mendampingi tapi jarang mengeluarkan kata.
Menaikkan mood? manusia fana memang ada-ada saja.
Asche mengedikkan bahunya sebagai respon dari pernyataan suara tak berwujud itu barusan. Tak berusaha untuk membalas karena itu sebuah kesia-siaan.
======
Baselard dalam genggaman Asche untuk kesekian kalinya menebas musuh yang makin lama makin banyak berdatangan, sebagai pertanda bahwa dirinya sudah berada di titik pertama mengumpulkan bahan ramuan.
"Gila, kekuatan monster hutan kelam memang menakutkan!" sengalnya sambil menatap Thicket Boar yang tersisa dari kawanan penyerang yang telah tertumpas. Diraihnya Blowgun dari dalam Satchel dan mengisinya dengan panah pelumpuh untuk menyudahi pertarungan sia-sia ini.
Syut!
Makhluk itu tak sempat bereaksi saat lesakan panah pelumpuh tepat mengenai kaki belakang makhluk itu dan langsung tersungkur dalam hitungan detik karena tak bisa lagi menopang bobot tubuhnya.
"Yosh! saatnya mengumpulkan bahan ramuan," helanya lalu melangkah ke arah rerimbunan belukar penuh busa liur, untuk memanen Medicinal Herb yang ada disebaliknya. Kemudian, melanjutkan langkah mengumpulkan Dragonscale Leaf; tanaman terakhir yang hidupnya tumbuh menumpang di batang dan dahan pohon secara parasit.
"Done, kini tinggal memenuhi janji yang telah kubuat."
Dirinya hampir tak bisa melihat tangannya sendiri saking gelapnya hutan saat dirinya semakin masuk lebih dalam dan menggantungkan diri pada cahaya penerang dari Scroll of Kara yang menawarkan visibilitas sejarak lima langkah di depan. Aroma tengik urin penanda wilayah menguar makin tajam merampas hak udara segar masuk ke jalan nafas; membuat matanya mulai berair sementara perut meronta tak nyaman.
¤Tsuzuku¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Al.Terra Chronicle : Archivar
RandomTerdampar ke dunia antah-berantah bisa dibilang hanyalah isapan jempol, khayalan konyol, imajinasi berlebihan bahkan hanya halusinasi. Namun, kala alam semesta menghendaki hal itu terjadi; apakah itu sebuah kekonyolan ataukah pertanda kalau kejadia...