#29

1 0 0
                                    

Urusan mereka di gerai pandai besi rampung beberapa saat sebelum sore terjelang. Asche memasukkan perlengkapan yang telah selesai restorasi kedalam satchel kecuali Armguard, Boots dan Baselard yang terpasang di pinggang bagian kiri. Sementara Kara telah mengenakan pakaian yang dicobanya tadi. Pada saat itulah Asche pertama kali melihat stat dari belenggu yang sebelumnya tak ia perhatikan.

≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡

【Kara's Arm Shackle】
Type: Accessory
Grade:
Durability:

===

【Kara's Leg Shackle】
Type: Accessory
Grade:
Durability:

✦Passive Effect✦

Limiter

Desc: Shackle that restrain Kara's power, now she wears it as memento

≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡

“Benda itu untuk menahan kekuatannya toh," batin Asche.

Keduanya tanpa banyak bicara lagi langsung beranjak ke tempat singgah terakhirnya sebelum keluar kota, yaitu penginapan Auberge.

Pada saat Asche maupun Kara memasuki lobby penginapan, mereka sempat mendapat lirikan mata merendahkan dari tetamu. Tetapi, saat melihat siapa yang ditemui oleh keduanya, mereka hanya bisa iri dalam hati.

Tuan Kailash ditemani oleh Nona Davidya menyambut penyelamat mereka dengan sukacita dan hendak mengundang mereka untuk makan malam. Sayangnya, undangan itu ditolak halus oleh Asche karena tujuannya untuk mampir ialah untuk pamit sekaligus menepati janjinya.

“Sangat disayangkan. Saya tidak bisa membujuk anda untuk mau makan malam bersama kami,” sesal Kailash setelah basa-basi sesaat di lobby penginapan.

“Kami hanya singgah untuk suplai. Lagipula, kehidupan kota besar tak cocok untuk saya dan rekan saya,” ucap Asche dengan maksud tersirat yang dimengerti oleh Kailash.

“Kalau begitu, jika suatu saat anda kebetulan berada di daerah Easteria sudikah anda berjanji untuk mampir ke kediaman Al-Soudan?”

“Akan menjadi kehormatan bagiku memenuhi undangan anda tuan,”

Kailash tampak puas dengan jawaban Asche ini, walau dia tak berhasil memenuhi pintaan egois dari putri semata wayangnya yang langsung menaruh hati sejak awal pertemuan mereka. Makan malam bersama dijadikan sebagai alasan untuk mengenal lebih dekat dengan petualang ini.

“Kalau begitu, mohon terimalah ini,” ucap Kailash menyodorkan sebuah crest dengan ukiran pohon palem yang berada di tengah scimitar yang saling menyilang.

“Saya akan menjaganya dengan baik pemberian tuan,” terima Asche lalu menyimpannya.

“Em, tuan Asche ...." ucap Davidya yang akhirnya buka suara.

“Memang terlambat tapi aku ingin minta maaf atas perilaku tidak menyenangkan abdiku pada anda,” lanjutnya setelah mendapat perhatian Asche.

“Oh itu, tak usah dipikirkan nona Davidya karena abdiku juga akan lakukan hal yang sama sebagai wujud dedikasi tinggi pada anda dan ayah anda.”

Davidya tersenyum tipis dibalik cadarnya, akhirnya dia bisa juga berbicara langsung dengan sosok baru hitungan hari ditemuinya. Perkataannya yang apa adanya membuat sosok di depannya ini terlihat berbeda dari petualang atau bangsawan manapun yang dia temui selama ini.

Al.Terra Chronicle : ArchivarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang