『Shin'nyū-shaouchimasu!』
Desing panah pelumpuh yang dilesatkan baik dengan busur maupun sumpit tak juga mengenai penyusup yang begitu berani masuk ke wilayah jembalang hutan. Identitas penyusup ialah sosok bertudung kelabu yang bergerak terlampau gesit melumpuhkan setiap potensi perlawanan.
『Enaffhh yoh lhowlee pehst!!』
Hentakan Morning Star yang disusul dengan gelegar suara parau meneriakkan sebentuk titah dengan bahasa asing ditelinga yang kurang lebih diterjemahkan sebagai perintah menghenti serangan. Hal terlihat dari bagaimana para jembalang hutan seketika mematung ketakutan.
Dari sudut pandang Asche, sosok yang menantangnya bertarung ialah raksasa gumpalan daging berbau menyengat hidung, mengenggam salah satu sejata mematikan abad pertengahan dan sepertinya memiliki tingkat kecerdasan rata-rata.
『Wy de ya athak az myere hyumuns, wee haf no quaerl wif yoh!』
Raksasa gumpalan daging itu menunjuk Asche dengan sebentuk jari yang sama gemuknya dengan jari lainnya.
"Aku disini untuk mengambil kembali benda itu dari tanganmu," tunjuk Asche dengan dagunya kearah senjata yang terkenal sebagai salah satu senjata mematikan abad pertengahan.
『Tis' iz my trezhah az czhiftin of tis' lhowlee triebs!』
Sosok itu mengayunkan senjata dalam genggaman dengan nada suara tak setuju dengan pernyataan Asche.
"Aku tak mengerti apa yang kau gumamkan dari tadi, senjata itu milik klienku. Dan aku yang ingin memintanya kembali secara baik-baik."
『Feh! Diffyans haft no ryte tuh clymns tys wepn』
Sekali lagi, makhluk itu menggumamkan sesuatu sambil meludah. Meski bukan dirinya yang diludahi, Asche merasa sangat tersinggung dengan tindakan itu karena sangat membenci peludah.
"Nampaknya aku harus mengambilnya dengan paksa," hela Asche kemudian melesat menyerang. Dia sengaja tak mengeluarkan Baselard alih-alih menggunakan senjata ampas yang dimiliki para jembalang hutan karena sedikit tak rela mengotori benda itu dengan darah makhluk ini.
Meskipun geraknya lamban, regenerasi dan daya penghancur senjata dalam genggamannya tak bisa dianggap remeh. Luka sayatan maupun luka tusuk dihasilkan oleh senjata biasa kembali menutup dalam sekejap mata.
『Yoh chant hyurt meeh wiz dat mishrepble wepn!!』
Gelegar tawa penuh cemoohan atas usaha sia-sia Asche, membuatnya makin bernafsu membungkam mulut berbau busuk makhluk ini. Setelah beralih dari satu senjata ke senjata ampas lainnya, Asche akhirnya mendapat sebilah Cleaver yang sepertinya cukup bisa diandalkan dalam hal durabilitas dan serangan.
Titik lemah makhluk ini berada di kepala dan seperti yang kau lihat, kepalanya terlindung War Helmet itu.
"Tunggu saja kau peniru goliath! Pelindung itu akan kuhancurkan meski harus menghantar nyawa!"
Sulur-sulur listrik meledak keluar dari pijakan kaki Asche merayap, menyelubung sampai ke pucuk tudungnya.
Trang! Trang!
Dua ayunan Cleaver menghantam kepala berpelindung Amuk Threl dengan kecepatan tinggi, hingga bunga api memercik darinya. Tindakan ini terlihat sia-sia namun maksud serangan Asche bukanlah untuk membelah War Helmet itu, melainkan menghantam sekuat tenaga agar membuat pemakainya merasa tak nyaman dengan suara denging dan induksi panas yang dihasilkan oleh friksi dua benda logam.
『ArRggH..Dhie you phest!!』
Amuk Threl memutar-ayun Morning Star sebagai tindakan pertahanan dengan menutup tiap celah yang berpotensi masuknya serangan dan menciptakan tirai angin yang menghisap udara di sekitarnya.
"Kau pikir pertahananmu itu tanpa cela? Tirai angin yang kau ciptakan ini, apa kau berharap aku terhisap kedalamnya? Pikir lebih keras lagi dengan otak amuba-mu!" hentak Asche melambungkan tubuhnya setinggi mungkin lalu menukik sambil menghantamkan bilah Cleaver dengan kecepatan tinggi.
Efek〘Lighting Speed〙yang dimiliki Welfkin Boots membuat pemakai bisa bergerak dalam sepersekian detik ditambah dengan 〘Inhumane Reflex〙, efek bawaan Reaper's Garment menjadikan keduanya kombinasi terbaik dalam pertarungan jarak dekat.
"Makan ini!!" raung Asche menebas dengan 100% kekuatan yang ia miliki ditambah tarikan gravitasi.
CTRANG!
Hantaman keras Cleaver membuat War Helmet sedikit retak, suara berdenging merobek selaput gendang pendengar makhluk itu.
CTRAK!
Serangan lanjutan membuatnya makin retak dan pada akhirnya..
CRASHHH!!
Semburan darah segar bercampur cairan putih spontan menciprati wajah Asche dan membuatnya lengah sepersekian detik hingga sebuah pukulan menghantam dan membuatnya terlempar beberapa meter ke belakang.
"Huek..hoekkk!"
Asche memuntahkan sesuatu dari makan paginya bersama darah segar. Walaupun zirah ringannya memiliki efek pengabaian serangan dari perlengkapan dibawah grade B, kemampuan〘Brute Strength〙milik Troglodyte yang menaikkan kekuatan pukulan tangan kosong memang tak bisa diremehkan begitu saja. Namun, bukan itu yang membuat dia sampai memuntahkan makan paginya tadi. Melainkan rasa mual yang tak bisa dia tahan lagi akibat cairan putih yang menciprati wajahnya tadi, masuk ke mulut dan rasa yang dicecapnya bukanlah sesuatu hal baik.
『Ph-ainnn! Arhghh me haed wh-rrhyly hwurtth!!!!!』
Tubuh Amuk Threl menggelepar hebat dengan darah menggenang keluar dari kepalanya. Seperti seekor ayam yang kena sembelih mencoba melawan takdir dengan sisa nyawa dalam tenggorokannya, sang Amuk Threl yang perkasa itu mencoba untuk lakukan serangan penghabisan yang penuh kesia-siaan.
Zrashhhhh!!
Tebasan Cleaver memutus lengan yang hendak mengayun Morning Star. akan tetapi, makhluk itu tak begitu saja menyerah dan menyerang dengan lengan yang tersisa yang akhirnya ikut tertebas. Masih dalam semangat juangnya, kini makhluk itu mencoba injak, gigit, sundul, dan apapun yang bisa menimbulkan luka dengan bagian tubuh yang tersisa.
"Demi sempak ultramen, kapan habis batre-nya nih makhluk!" hela Asche dalam elakannya kesekian kali.
『Me sq-wash yoh, bhh.. bithe y-oh..!』
Perkataan terbata itu menghantar makhluk itu ke helaan nafas akhir. Sang Amuk Threl perkasa telah tiada.
¤Tsuzuku¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Al.Terra Chronicle : Archivar
AléatoireTerdampar ke dunia antah-berantah bisa dibilang hanyalah isapan jempol, khayalan konyol, imajinasi berlebihan bahkan hanya halusinasi. Namun, kala alam semesta menghendaki hal itu terjadi; apakah itu sebuah kekonyolan ataukah pertanda kalau kejadia...