Kerumunan khalayak makin lama makin banyak karena letak Gilda berada tepat di tengah alun-alun dan pertarungan seimbang antara petualang dengan Magistrat jarang terjadi apalagi pihak yang diserang tak sedikitpun menunjukkan niat untuk menyerang balik.
Aksi itu penyerangan terus berlangsung sampai si pedang gede maniak tarung, tak bisa lagi mengayunkan senjatanya karena kehabisan stamina.
"Berhenti menghindar dan hadapi aku bocah tengik!"
"Dan menambah alasan anda untuk lakukan penangkapan?"
"Demi keadilan, aku akan menangkapmu!"
"Hadeh, susah juga membuat anda mengerti."
Waspada, ada pemilik psyche besar sedang menuju kesini dengan kecepatan tinggi.
Asche bereaksi dengan melompat mundur agak jauh dari jangkauan serang pedang sebelum kedua tangannya terbelit rantai sihir yang melesat keluar dari lingkaran sihir di tanah.
"Kau sudah cukup membuat keributan," ucap seorang Magier yang mengenakan jubah ungu dengan insignia singa emas di bagian dada.
Si pedang gede langsung meletak tangannya ke dada sebagai tanda penghormatan. Nampaknya sosok yang hadir di hadapan mereka punya jabatan yang penting di kerajaan.
"Bukan saya yang memulainya, sudah berkali-kali katakan bahwa diri saya bukanlah penyebab yang tuan ini tuduhkan tapi tetap saja keras kepala."
"Jaga bicaramu di hadapan tuan Kairav!"
Sosok yang disebut dengan 'tuan Kairav' mengangkat tangan sebagai isyarat jangan menyela.
"Apa kau sadar kalau melawan Magistrat itu hukumannya berat?"
"Maaf, apakah anda juga sadar kalau menyerang seseorang tanpa senjata secara keroyokan itu suatu tindakan pengecut? Memaksakan kehendak itu tak baik tuan, bahkan tikus kecil sekali pun akan balik menyerang jika dirinya tersudut."
"Kau sedang tidak berada pada posisi untuk menggertak bocah!" hardik Eimer.
"Tak menggertak, hanya tegaskan sekali lagi kalau meminta informasi yang tak mungkin lagi tersedia saat masalahnya telah selesai itu hal yang sia-sia karena mau sampai kapan pun jawabanku tetap sama."
"Sepertinya pembicaraan ini tidak akan menghasilkan apa-apa."
"Jadi, apa saya bisa pergi ataukah ada rencana lain yang tengah anda rencanakan?"
"Tidak, kau boleh pergi."
"Sungguh? Dan tuan pedang gede itu tak akan mengejarku lagi?"
"Kau bisa memegang kata-kataku."
"Ok, terima kasih atas kemurahan hatinya tuan Kairav."
Tanpa perlu banyak tenaga, Asche langsung terbebas dari rantai yang membelit dirinya.
"Saya permisi," sambil meletak tangan kirinya di depan dada.
=====
Akibat insiden Gilda waktu itu, Nataya baru bisa memenuhi janji kepada paman penjaga gerai kerajinan pada keesokan hari.
"Kupikir setelah kejadian kemarin kau takkan kesini lagi bocah.."
"Ya, sudah janji kan? Biar terlambat juga, masih butuh bahan bakunya kan?" ucapnya mengeluarkan item jatuhan Shadow Wisp yang pernah dia janjikan.
"Kau mendapatkannya⁈"
Mata sang penjaga gerai langsung membulat sempurna melihat bahan baku di depannya.
"Aku tahu kalau anda meragukanku paman, tapi tak perlu sejelas itu reaksinya lah.."
"Ahahahaha, maafkan bocah! Nah, berapa harga yang ingin kau minta untuk bahan baku ini?"
"Barter perlengkapan saja.."
"Kebetulan sekali, aku sedang membuat reaper's garment pesanan Espion kerajaan dan Darkness Drop ini sentuhan terakhirnya, kau berminat?"
"Berapa harganya?"
"60 keping perak"
"Ouch, harganya pas dengan jumlah total tabunganku saat ini"
"..Itu yang aku minta pada Espion kerajaan tapi untuk kamu cukup 20 keping perak saja, sepakat?"
"Sepakat"
"Aku akan memodifikasi pakaian itu untukmu, jadi kembali lagi sekitar satu jam lagi untuk mengambilnya"
"Pastinya, semoga kali ini tak ada halangan lagi seperti kemarin" ucap Asche kemudian pamit.
"Ya, hati-hati!" lambai sang penjaga gerai.
Setibanya di Gilda, Asche langsung jadi pusat perhatian berkat berita mulut ke mulut tentang dirinya berurusan dengan Magistrat. Sebagian mereka menganggapnya 'cari mati' berani berurusan dengan satuan elit semacam itu sementara sisanya kagum dengan sikap bocah itu dalam menentang kesewenang-wenangan yang ditunjukkan oleh beberapa anggota dari satuan elit tersebut.
"Selamat datang Asche, reputasimu sekarang ini sedang naik.." sapa Elwyn.
"Begitulah, ini gegara seseorang bernama Eimer yang suka tuduh sembarangan.." dengus Asche.
"Apakah kau sadar siapa sosok yang kau sebut dengan 'Eimer' ini?" peringat Elwyn sambil berkacak pinggang.
"Ya-ya, dia Gladio tingkat pakar yang terkenal bergelar master bla-bla-bla, dihormati karena telah menyelamatkan Crona dari Naga-apalah itu, memangnya kenapa? Mendapat gelar semacam itu tak lantas membuat kapasitas otak seseorang meningkat dan dalam kasusnya justru menyusut karena pongah" cerocos Asche
Ada gelak tertahan saat dirinya tanpa cemas sedikitpun berceloteh hal itu..
"Nah, permintaan apa yang bisa kulakukan hari ini?" tepuk Asche mengalihkan perhatiannya dari masalah tadi.
Walaupun Asche telah naik tingkat menjadi petualang menengah, ia masih saja mengambil permintaan untuk pemula dan tak perlu susah berdesak-desakan ataupun berebut permintaan, karena saat ini ada begitu banyak permintaan yang tak dilirik petualang karena prestise dan jumlah imbalan yang diberikan tak seberapa.
"Aku ambil ketiganya" putus Asche menunjuk cepat lembar-lembar permintaan yang akan diambilnya.
"Baiklah, semoga berhasil" senyum Elwyn.
¤Tsuzuku¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Al.Terra Chronicle : Archivar
RandomTerdampar ke dunia antah-berantah bisa dibilang hanyalah isapan jempol, khayalan konyol, imajinasi berlebihan bahkan hanya halusinasi. Namun, kala alam semesta menghendaki hal itu terjadi; apakah itu sebuah kekonyolan ataukah pertanda kalau kejadia...