#08

4 2 2
                                    

Ketika hendak membersihkan puing yang menghalangi jalan kembali dan sesekali memungut beberapa item jatuhan monster, Asche sayup mendengar erangan lemah dibalik lintangan batang pohon yang cukup besar menutupi sebuah liang.

Apa yang hendak kau lakukan sang Archivar?

Asche tidak langsung menjawab  pertanyaan yang dilontarkan sang pemandu, pikirannya tengah dipacu untuk memikirkan cara terbaik untuk menolong makhluk malang yang terjebak. Karena mustahil menggunakan kekuatan ototnya untuk bisa singkirkan halangan. Salah satu opsi terpikirkan olehnya ialah menggunakan pengumpil tapi dia khawatir berat badannya takkan memadai untuk itu.

Dirimu bisa saja menebasnya dengan senjatamu.

"Bisa saja, tapi takut meleset dan mencederai makhluk itu."

Dengan panduanku, tidak akan.

“Baiklah, here goes for nothing!”

Menggunakan senjata yang kini telah kembali ke bentuk semula, Asche menciptakan pintu masuk di batang pohon tersebut agar memudahkan dirinya menarik keluar anakan dengan sehati-hati mungkin, disela rontaan, gigitan serta cakaran ketakutan makhluk itu. Sang pemandu bahkan sampai harus turun tangan, menjelma menjadi induk agar membuatnya cukup tenang untuk diolesi tanaman obat yang ditumbuk kasar.

Luftwiesel, sang musang angin merupakan monster yang yang bisa  mengeluarkan pisau angin untuk menyerang musuhnya. Anakannya juga bisa lakukan hal yang sama jika saja dirinya tak terluka.

"Makhluk ini takkan bertahan lama tanpa induknya, dia akan ikut kita," ucap Asche akhirnya buka suara.

Mulia sekali, tapi harap diketahui dan aku yakin kau sepenuhnya sadar akan kemungkinan kalau dia juga akan berada dalam bahaya jika bersama kita.

"Itu masih lebih baik dibanding menelantarkannya kan?"

Kau sendiri yang memilih bentuk takdirmu..

Oleh sang pemandu, anakan Luftwiesel itu dibuat tak sadar dan diserap kedalam Grimoire untuk pemulihan lanjutan dan demi keselamatan dia juga. selemah apapun dia, monster tetaplah monster dan kaum mereka tak dibolehkan masuk ke pemukiman yang sebentar lagi akan dia masuki.

Jalan kembali ke pemukiman normalnya memiliki intensitas hadangan para makhluk yang rendah, seiring makin dekatnya dia ke pemukiman. Namun kali ini terasa sedikit berbeda, Asche sudah beberapa kali dihadang dalam hitungan langkah kaki.

"Ada apa dengan para makhluk ini! Pengaruh kebakaran tadi kah?" dengusnya mulai kesal.

Aku rasa itu akibat dari kemampuanProvokeyang tanpa sadar kau aktifkan dan peroleh usai melawan Kimera tadi.

"Provokasi untuk seorang sarkas? kombinasi yang cocok!"

Tak ada komentar untuk itu..

Ketika hendak memasuki desa, Asche berpapasan dengan seorang yang menyebut dirinya sebagai seorang Magistrat kerajaan. Magistrat merupakan sebuah pasukan elit pelindung kerajaan yang terdiri dari para Magier dan Gladio kelas atas bergelar penyihir agung dan ksatria suci.

Tanpa basa-basi sang Magistrat mencegat untuk interogasi perihal kehadiran sang Espion di hutan kelam.

"Mengumpulkan bahan baku untuk ramuan atas permintaan Gilda, apa itu pelanggaran tuan Magistrat?" tanya balik Asche saat menerima perkamen identitas petualangnya yang diminta oleh sang Magistrat.

Al.Terra Chronicle : ArchivarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang