Gilda pusat tentu saja lebih sibuk dari cabangnya. Entah dari sisi pelayanan, sirkulasi permintaan yang masuk dan pengurusan keperluan petualangnya. Hal itu terlihat jelas, begitu Asche masuk kedalam gedung Gilda. Begitu memasuki gerbang masuk, dia langsung dihadapkan dengan papan permintaan masif yang masing-masing didamping oleh petugas gilda, meja konter terjejer rapi dan dibagi per bagian dari penerimaan permintaan sampai pelaporan permintaan.
"Selamat siang tuan petualang, adakah yang bisa saya bantu?"
Salam paten yang selalu terucap kepada setiap petualang yang datang dari petugas konter gilda. Wanita yang ada dihadapan Asche ini seperti Elwyn versi memakai kacamata dan berambut emas yang dikepang.
"Selamat siang juga. Maksud kedatanganku untuk mengantar surat yang ditujukan untuk Gilda," balasnya meletakkan amplop surat itu keatas konter.
"Bisa tahu siapa pengirimnya? Karena Gilda tak menerima informasi apapun mengenai surat ini," pertanya petugas Gilda rambut emas membolak-balik amplop surat itu.
"Aku menerimanya dari sesama petualang dari class Gladio yang perkenalkan diri sebagai Garda-tanpa nama belakang-. Aku bertemu dengan dia di desa Mura dan sedang mengawal pedagang bernama Vorace ke kota ini," jelas Asche guna menepis kecurigaan yang timbul.
"Sebaiknya anda ikut bersama saya ke lantai atas. Surat ini akan diserahkan kepada pimpinan Gilda dan penjelasan anda mungkin perlu dipapar ulang di hadapannya, " ucap petugas Gilda rambut emas menyilahkan Asche berjalan di depannya.
Kenapa aku merasa kalau ini akan jadi panjang urusannya ya?
Begitu mereka sampai di lantai atas, Asche diminta menunggu kedatangan sang pimpinan Gilda di ruang konsultasi.
Usai pintaan itu, petugas Gilda pun melenggak masuk ke ruang ujung di lantai itu. Tak lama berselang, seorang pria Half Alv bertubuh tambun memasuki ruangan tersebut dan menyapa Asche."Mohon maafkan kebingungan bawahanku tadi Espion Asche. Saya pimpinan Gilda kota Crona, Hàlfur Farfadet." perkenalnya lalu menjabat tangan Asche.
"Senang bisa brkenalan dengan anda tuan Hálfur," balas Asche eratkan jabatan tangan.
"Senang rasanya bisa bertemu muka dengan sosok penumpas Kimera yang lari ke hutan kelam dan buat Magistrat kehilangan muka hingga tuan Kairav sampai harus turun tangan!" kekeh pria itu.
"Monster itu sudah terluka saat bertarung denganku tuan. Jadi seharusnya pihak Magistrat lah yang sepatutnya mendapat pujian," ucap Asche merendah.
"Begitukah?" balas Hálfur dengan nada tak percaya.
"Gerangan apa yang tuan Hàlfur inginkan dari petualang seperti saya?" alihnya karena tak ingin berlarut-larut membahas hal itu.
"Ah itu-"
Sebelum sempat menjelaskan, sebentuk suara gaduh terdengar dari lantai bawah. Seketika itu juga, sang pemimpin Gilda merespon dengan mohon diri sejenak untuk turun ke lantai bawah untuk menyambut tamu yang hari itu diundangnya. Meski memiliki bentuk tubuh seperti itu, Hálfur terlihat begitu gesit dan efisien dalam tiap gerak.
Selang beberapa saat setelahnya, Asche sayup-sayup mendengar percakapan yang pada awalnya samar lalu mulai menjelas dari undakan tangga dan pada akhirnya ...
"Jadi bocah tengik itu yang akan pergi ke Dungeon bersamaku untuk misi penyelamatan? Aku menolak!" decih sosok Gladio yang datang bersama Hálfur. Sosok yang sangat familiar dalam ingatan Asche, sang Arch Knight Eimer Helme!
"Hoo~ si kepala ember rupanya, kupikir tamu tuan Hálfur itu dari ras Troglodyte!" balas Asche dengan nada mencemooh.
"Grrahh, berani meledekku?! akan kubuat kau menyesal!" gerum Eimer naik pitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al.Terra Chronicle : Archivar
RandomTerdampar ke dunia antah-berantah bisa dibilang hanyalah isapan jempol, khayalan konyol, imajinasi berlebihan bahkan hanya halusinasi. Namun, kala alam semesta menghendaki hal itu terjadi; apakah itu sebuah kekonyolan ataukah pertanda kalau kejadia...