#28

2 0 0
                                    

Sebelum tubuh Skeld menyentuh tanah, sebuah tangan tak terlihat menangkapnya.

“Tangkapan yang bagus nona Radmilla!” jempol Asche begitu mendarat kepada seorang Magistrat wanita yang pernah dijumpainya di hutan kelam.

“Apa yang sedang kau pikirkan Schild, memakai Soul Awaken ditengah kota!!" hardik Radmilla membatalkan sihir yang tengah menahan tubuh Skeld itu hingga jatuh berdebum.

“Maafkan saya nona Radmilla, saya terbawa emosi tadi!” engah Skeld yang dipanggil dengan Schild.

Radmilla mengurut pelipisnya. Karena alasan inilah dirinya menentang usul rekannya, Eimer membawa Schild bersama mereka dalam misi kali ini. Pemuda yang berasal dari keluarga Cassida ini memang punya kekuatan yang disegani di kalangan Magistrat, namun dalam hal penilaian situasi di lapangan dan pengontrolan amarahnya setara anak 6 tahun. Dan kini dia bertemu dengan bocah Espion si provokator yang bisa membuat sosok berwibawa Eimer berubah menjadi pribadi tak stabil dan suka mengamuk seperti orang gila.

“Dan kau bocah, sedang ada urusan apa disini?” tanya Magistrat itu pada bocah yang cengengesan dari tadi.

”Tadi baru selesai mengantarkan surat ke tuan Hálfur kemudian bercengkrama dengan rekan tersayangmu setelah itu bergegas kesini untuk membebaskan gadis anifolk itu," tunjuk Asche kearah dua Magistrat yang mengekang Kara dengan belenggu sihir.

“Kau sekarang memiliki budak?" kernyit Magier itu.

“Dia itu rekanku nona Radmilla. Dan dia bukan budak," ralat Asche sambil menghela nafas lalu melangkah pelan menuju Kara yang langsung mendapat respon siaga dari para pengekang.

“Bisa lepaskan tangan kalian darinya?” pintanya

“Kau tak punya hak!” hardik kedua Magistrat hampir bersamaan.

“Lepaskan dia,” titah sang Magier

“Tetapi nona, dia dan tuannya telah bersalah melawan Magistrat!” balas mereka memberi alasan.

“Ditambah lagi, dia menyerang diriku dan anggotaku!” sanggah Schild yang juga keberatan.

“Aku hanya membela diri karena kalian berusaha menyita Cleaver pemberian tuan Asche!” sengit Kara tidak terima, kemudian ditenangkan oleh Asche dengan isyarat tangan.

“Terima kasih atas pengertian nona Radmilla, kami permisi..” tunduk Asche lalu menyentuh pundak Kara yang serta merta membebaskan diri dari kekangan.

“Bagaimana dia bisa melakukan itu?” pertanya kedua mantan pengekang dengan tatapan heran.

“Rahasia keluarga!” ucap Asche mengedipkan sebelah matanya.

====

“Maafkan telah mengecewakan anda tuan Asche!" apologi Kara setelah keduanya sampai di depan istal. Dia menjatuhkan diri begitu rendah sampai menempel ditanah.

“Hhh, kau ini-” hela Asche menjeda sebelum lanjutkan perkataan. “Tak perlu sujud seperti itu, ayo bangun.”

Kara menuruti lalu bangkit dengan wajah masih tertunduk.

“Angkat kepalamu. Salahku juga tak membawamu serta ke Gilda,” keluh Asche memijit pelipisnya.

Kruyukkk~

Bunyi perut Kara membuat Asche sadar kalau keduanya belum makan semenjak tiba di kota ini.

“Makan ini dulu sebagai pengganjal perut,” sodornya setelah merogoh dua butir apel dari satchel. “Setelah situasinya sedikit tenang baru kita mencari makanan yang layak sekalian belanja suplai.”

Al.Terra Chronicle : ArchivarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang