Dan perjalanan pun dimulai. Asche menapak tiap jengkal rerumputan dan tanah bebatuan jalan utama menuju kota Crona bersama teman seperjalanannya, Pekko. Dia berjalan di siang hari ditemani teduhnya pepohonan dan beristirahat pada malam hari dinaungi langit, bisa dibilang inilah petualangan yang sesungguhnya. Bukan hanya monster semata yang dia temui di perjalanan, melainkan gerombolan penyamun yang gemar menjarah barang berharga dari pengembara dan rombongan pedati pedagang yang melintas di daerah yang disebut Meerd'baum. Pepohonan di daerah ini tumbuh rapat satu sama lain, sehingga cahaya matahari hanya seadanya menerobos masuk disela dedaunan. Situasi yang terbilang sempurna, untuk melakukan perampokan dengan memakai strategi serangan sergap. Pada hari itu, mereka hendak menyergap pengembara yang akan merubah nasib mereka selama-lamanya.
Berawal dari isyarat kicauan burung penanda datangnya mangsa yang direspon cepat oleh pimpinan penyamun bernama Dieb dan kawanannya. Betapa tidak, jenis isyarat yang di dengarnya ini menandakan bahwa mangsa mereka kali ini membawa sesuatu yang langka. Senyumannya terkembang seketika saat melihat makhluk yang berjalan bersisian dengan sang pengembara.
"Seekor Struthion remaja! Jika dijual pasti harganya mahal ini!!" ucap pria itu dengan suara berdecit lalu memerintahkan tiga dari lima anak buahnya untuk menyerang.
"Serahkan makhluk itu dan benda berharga lainnya jika kau ingin hidup!" ancam salah satu penyamun bersenjatakan kapak ganda pada pengembara yang mengenakan jubah tudung kelabu dan baju dengan warna senada di sebaliknya.
"Disilahkan untuk mencoba kalau kalian mampu melakukannya," balas pengembara itu dengan sumringah.
Ketiga penyamun itu bertukar tatap sejenak sebelum menyerang, sang pengguna kapak ganda inisiatif menghadapi pengembara yang terlalu santai ini dan tanggung jawab menangkap Struthion kepada dua rekannya yang bersenjatakan pedang dan gada.
Shruu!!
Tanpa disangka, sang Struthion langsung menyeruduk salah satu penyamun hingga jauh terlempar dan menendang lepas sejata yang dipegang penyamun yang satunya.
"Kalahkan mereka Pekko!" jempol si pengembara.
"Hadapi aku dengan serius!" tebas sang kapak ganda yang mulai gerah dengan elakan gesit lawannya.
"Ah, maafkan aku kalau begitu-" tukas pengembara itu lalu menghantam salah satu tumpuan sang penyamun hingga terpelintir dengan tendangan bersalut kilatan listrik berwarna kuning terang yang dikeluarkan oleh alas kakinya. "Ayo panggil teman-temanmu untuk ikut andil!" pitingan tangan berbunyi derak patah seketika membahanakan raung kesakitan yang direspon lesatan tubuh sisa rekan yang tadinya bersembunyi.
"Keluar juga kalian," cengir si pengembara lalu mencabut senjata yang tersembunyi dibalik jubah tudungnya.
====
"Ampuni kamiii!!!" sujud Dieb bersama penyamun lainnya dengan muka membiru lebam diikuti oleh lainnya dengan kondisi yang sama.
"Hanya ini yang kalian punya?" ucap Asche yang saat ini sedang menduduki sebuah peti kayu besar dan benda lainnya yang ada dalam gudang berisi barang jarahan lainnya."Hanya itu saja tuan pengembara."
"Kalian tidak berbohong kan? Jika ada yang terlewat, aku tak segan mengirim sampah seperti kalian ke alam sana!" ancamnya dengan tatapan dingin.
"Tu-tunggu sebentar. S-sepertinya aku terlupa sesuatu," ucap Dieb lalu menginstruksikan salah satu bawahannya untuk membuka ruang rahasia bawah tanah yang ada di lantai gudang dan mengambil sesuatu dari tempat itu.
Bunyi engsel yang sudah lama tak diminyaki dan dibuka dengan kasar, kemudian gemerincing rantai yang terseret lantai langsung membuatnya menyimpulkan bahwa sesuatu yang akan dibawa dari sana bukan berwujud benda mati.
"Apa yang kau simpan dibawah sana?" tanya Asche sambil bangkit dari tempat duduknya.
"Seorang budak, aku akan berikan pada anda jika nyawaku diampuni."
Segera setelah Dieb mengatakan itu, dari ruang rahasia yang terbuka tadi menyembul kepala seorang Anifolk wanita dari ras Elgatto dengan pakaian yang menutupi bagian penting dari tubuhnya.
"Kenapa kau pikir aku butuh budak wanita?"
"I-itu... um-sebagai laki-laki normal anda pasti tahu maksud saya,"
Asche menggeretakkan gigi ketika sadar hanya ada satu alasan logis dari kehadiran sang budak wanita yaitu posisi paling hina sebagai selimut hidup. "Dasar penjahat kelamin!" lalu melempar benda didekatnya kearah Dieb yang tak sempat menghindar. Darah segar mengucur deras dari pelipis, hidung dan bibirnya membuat wajah sang mantan pimpinan penyamun makin tak bisa dikenali. Asche mendekati budak wanita itu untuk mengecek keadaannya Dari tubuhnya tercium bau amis yang familiar di hidungnya, terlihat ada beberapa luka cambukan yang telah sembuh maupun segar di bagian punggung, betis dan lengan. Kemudian, dibalik tundukan rambut panjang hitam yang kusut masai itu tersimpan iris berwarna biru safir yang saat ini terlihat kosong saat menatap.
Asche menatap semuanya dengan rasa iba yang campur aduk lalu berkata, "Ulurkan kedua tanganmu."
Budak wanita itu melakukan apa yang diperintahkan.
"Dhia pathuhh swekhali khan thwan?"
"Diam! Aku tak butuh komentar darimu!!" bentak Asche menoleh dengan wajah mengilat.
"Aku akan memotong rantai ini, apakah kau bisa menahannya tetap kencang?"
Budak wanita itu kembali menurut dan tak perlu berlama-lama rantai itu pun putus tertebas Cleaver.
"Sekarang tinggal rantai yang ada di kakimu," ucap Asche kemudian berjongkok untuk meraih rantai yang ada di kaki budak wanita itu dan memutusnya dengan cara yang sama.
Dan..
Bukkkk!!!!
Hantaman gada besi terkena telak di kepala Asche hingga terkapar, pelakunya tak lain adalah Dieb yang memanfaatkan kesempatan lengahnya Asche untuk kembalikan kehormatannya sebagai penyamun paling kejam.
"HWAHWAHWAHWA, rashakahn ithu phetwualangh BWODHOH!! Mwhakanyah djhanghan werlaghak phahlawahn, dhyuniah inyi thak chyocokh uwntukh oryangh THOLHOL swephertymhu!!" bahana Dieb membuang begitu saja gada berlumur darah di tangannya.
"Apha hyangh khalianh lhiyath?! Ikhatth dhia sebhelumh sadhar dwan bhawa bhalik bhudakh inhii!!" hardik Dieb
"Tak perlu repot," ucap sebuah suara yang membuat suara Dieb tercekat di batang lehernya akibat hadirnya lima jari yang sedang mencengkram kuat bagian itu.
"Khhau!!"
"Perilaku manusia yang setingkat binatang, layak mendapat balasan yang lebih rendah dari binatang. Kalian tahu apa yang lebih rendah dari binatang? itu KOTORAN!" ledak Asche tak mampu lagi bendung amarah dan tanpa bisa dicegah, seisi neraka pun terlepas. Asche tak ingat mendengar suara minta ampun yang terdengar dari tubuh sekarat mereka, dia hanya ingat tubuhnya mulai bergerak sendiri menikam, mencincang, memotong dan meremuk apapun yang ada di depannya hingga seberkas cahaya putih menyeretnya kembali ke alam sadar.
¤Tsuzuku¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Al.Terra Chronicle : Archivar
AcakTerdampar ke dunia antah-berantah bisa dibilang hanyalah isapan jempol, khayalan konyol, imajinasi berlebihan bahkan hanya halusinasi. Namun, kala alam semesta menghendaki hal itu terjadi; apakah itu sebuah kekonyolan ataukah pertanda kalau kejadia...