#21

4 2 0
                                    

Saat tersadar, Asche sudah berada di salah satu dipan tanpa secuil pun bau darah yang tercium dari tubuhnya. Pakaian yang tadi dia kenakan telah berganti dengan pakaian lain yang bukan berasal dari satchelnya dan ada bebat yang melingkar di kepalanya.

"Ugh, kepalaku."

Kalimat pertama Asche langsung direspon seketika itu juga.

"Untunglah tuan sudah siuman," ucap lega budak wanita itu lalu tergopoh pergi kemudian kembali dengan membawa mug kayu ditangannya.

"Minumlah ini selagi hangat, tuan," sodor budak wanita itu.

Asche untuk sesaat tampak ragu meminumnya tetapi saat melihat kesungguhan budak wanita itu merawat, dia pun luluh dan meminumnya.

Aroma ini... apakah ini teh!?

"Ini minuman apa?" kernyit Asche mencecap rasa dari cairan hangat yang dituang kedalam mug kayu

"Itu Camomile Té, mendiang tuanku selalu membuatnya untuk relaksasi usai kerja," ucapnya.

"Penyamun ternyata punya ini?"

Budak wanita itu merespon dengan gelengan lalu lanjut menjelaskan kalau beberapa hari lalu kelompok ini menghadang dan merampas karavan dari Easteria dan isi kargo yang diambil mereka salah satunya ialah bahan pembuat minuman ini.

"Begitu ya," ucap Asche kembali menyeruput minuman itu sambil menyapu pandangan sekelilingnya.

Dia bisa melihat segunduk besar tanah yang dia percaya kuburan berisi apa yang tersisa dari para penyamun dari balik jendela. Lalu beralih ke pakaian irit bahan dan belenggu masih terpasang di kaki juga tangan budak wanita itu yang untungnya rantai penghubung antar belenggu telah terputus hingga membuat tiap gerak dilakukannya menjadi leluasa. Pemandangan itu membuat Asche menerawang tentang fantasi gila manusia fana di tempat asalnya tentang bondage untuk kepuasan perut bagian bawah.

"Apa tuan ingin sesuatu?" tanya budak wanita itu menghampiri.

"Tidak-tidak, aku hanya memikirkan sesuatu yang tak penting," geleng Asche. "Apa kau melihat teman perjalananku yang satunya?"

"Maksud tuan, Pekko? Struthion anda tadi sedang pergi berburu di dekat sini. Nah, itu dia datang," tunjuk budak wanita itu.

Pandangan Asche langsung mengikuti arah tunjukan dan menghela nafas lega, makhluk itu tengah mengepak riang dari balik jendela terbuka lalu memasuki ruangan. "Syukurlah dia baik-baik saja."

Asche mengangguk lega karena tak menemukan luka apapun di tubuh teman tiga harinya itu.

"Anda dan dia punya ikatan batin yang sangat baik, dalam keadaan apapun kalian berdua tak akan saling menyerang."

"Kau sepertinya paham tentang pikiran Struthion dibanding aku, bahkan kau tahu namanya Pekko,"

"Saya punya anugerah dalam hal mengerti bahasa binatang dan terkadang meminta bantuan untuk melakukan sesuatu. dengan itulah aku bisa bertahan hidup,"

"Kau seorang tamer rupanya!"

"Saya tak mengerti maksud tuan, kemampuanku ini disebut Beast Whisperer."

Aku mendapatkan informasi yang berguna..

"Mungkin ini sedikit terlambat untuk bertanya, bisa beritahu aku kejadian setelah aku mengamuk?"

Al.Terra Chronicle : ArchivarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang