#30

4 0 0
                                    

"Apa tuan tidak marah?" ucap Kara sedikit takut dengan reaksi Asche barusan.

"Marah? Aku? Kenapa?" balas Asche memiringkan kepala.

"Karena belum sepenuhnya jujur tentang belenggu ini," terang Kara

"Ada rahasia yang diungkap, ada yang sebaiknya tetap jadi rahasia. Kau bisa memilih rahasia mana yang ingin dan tak ingin kau katakan," ucap Asche tenang.

"Suku Caracal dikenal sebagai suku penghasil petarung yang hebat dan salah satu suku terkuat di kalangan ras Elgatto," papar Kara memulai penjelasannya.

"Fakta ini membuat ras Elgatto lain melakukan segala cara untuk bisa memiliki kekuatan kami. Termasuk cara tercela seperti kanibalisme," ucap Kara tertunduk.

Asche menepuk pelan pundak Kara sebagai wujud simpati karena tak tahu harus bereaksi apa, di suatu sisi dia paham dengan metode ini dan pernah membaca sebuah artikel tentang adanya praktek kanibalisme untuk mendapatkan kekuatan, keberanian, kebijaksanaan bahkan kemampuan musuh mereka. Namun, perbuatan menghilangkan nyawa tak bisa dibenarkan dari sisi mana pun.

"Padahal suku kami menganggap kekuatan ini sebagai kutukan dan enggan memakainya jika tidak terdesak. Kekuatan kami muncul setelah bertahan dari peristiwa Crimsonlunacy yang membuat para anifolk menjadi gila dan dipaksa kembali ke wujud primitif yang beringas dan haus darah. Kakek buyut dari kakek ayahku, lalu membuat belenggu sihir yang mengekang sifat primitif tersebut. Layaknya setiap benda sihir yang dicipta, mereka membutuhkan energi psyche sebagai pemicu dan aliran energi kontinyu agar bisa terus berfungsi." jelasnya.

"Jadi itu sebabnya kau enggan untuk melepasnya meski kondisi belenggu yang berkarat pada waktu itu," simpul Asche.

"Belenggu ini dirancang untuk menyerap energi apapun dan jiwa monster merupakan sumber energi paling mudah di dapat selama ini. Saat berjumpa pertama kali dengan anda, aku menggunakan psyche-ku untuk pertahankan fungsi inti dari belenggu." jawab Kara.

"Kita akan memburu inti jiwa lain untuk memulihkan belenggu kanan!" umum Asche penuh semangat.

"Saya dan Pekko masih punya cukup stamina untuk melawan para monster," balas Kara. Dia memilih kalimat tersebut untuk menyampaikan keterbatasan sekaligus kesanggupannya untuk mendobrak batasan kemampuan yang terbelenggu.

Gayung pun akhirnya bersambut. Tak lama setelah melanjutkan perjalanan, mereka kembali berhadapan dengan monster Ranah Sabbia lain yang datang menyerang secara berkelompok.

Asche tentu saja tidak merasakan kelelahan karena suplai psyche dari azimat Zephyra. Berbeda dengan kedua rekannya yang masih menunjukkan semangat tarung mereka walau nafas mulai terengah. Kegelapan menjadi pencetus utama dari makin kuatnya lawan. Kedua rekan Asche kini mulai mendenguskan sengal.

【Transfusion】
...

【Revitalize】

Pendaran cahaya kehijauan  seketika menyelimuti Kara dan Pekko. Memulihkan stamina, Psyche dan menyembuhkan cedera yang mereka derita.

"Terima kasih tuan!" lesat Kara menghantam burai Lophiiformes yang mengepungnya.

"Fokus saja pada monster yang punya kemampuan pemanggil bantuan, sisanya aku yang urus!" instruksi Asche usai mencabut tikaman Baselard dari tubuh Sandwiggler.

Arahan Asche barusan disertai dengan pengaktifan kemampuan provokasi yang membuatnya seketika dikepung. Tindakan ini memudahkan Kara dan Pekko untuk menemukan dan membasmi monster yang jadi sasaran mereka. Tanpa adanya bala bantuan, para pengepung kini menjadi ongokan daging yang berserakan menunggu nasib mereka selanjutnya.

Al.Terra Chronicle : ArchivarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang