Areia merupakan Elemental dengan wujud boneka tanah liat, memiliki lengan terpisah dari tubuh utama hingga bisa bebas berputar cepat seperti kipas raksasa untuk menciptakan pusaran badai pasir. Makhluk yang dipanggil oleh seorang shaman dari ras Anifolk itu tengah memporandakan apa yang tersisa dari sebuah kereta kuda. Dalam lindungan kereta kuda yang tingkapnya tinggal menunggu waktu untuk terlepas digerus angin, dua orang berpakaian bangsawan sedang meringkuk ketakutan dan seorang pengawal pribadi yang terluka parah mencoba melindungi keduanya semampunya. Sementara itu, tak jauh dari kereta kuda itu seorang Druid tengah bertarung dengan shaman tersebut.
"Menyerahlah Rycca! untuk apa membuang Ki hanya untuk melindungi para manusia tak berguna itu?" raung si penyerang yang berwujud manusia setengah hewan dari jenis burung manyar, burung pemakan bangkai.
"Diam kau Herecy, karena ulah dari makhluk picik sepertimu lah yang membuat kita Anifolk semakin dibenci manusia!" hardik anifolk yang berasal dari jenis kadal gurun.
"Ck, dasar piaraan manusia!" cebik Herecy sambil mencipta empat Areia untuk menyudutkan sang pengguna sihir yang kini mulai kehabisan Ki untuk merapal mantra sihir.
Sekali lagi, Areia yang muncul menghilang terkena mantra sihir Dismissal-nya Rycca. "Sesukamu mengatakan diriku ini apa, aku akan terus membantu mereka yang butuh bantuan meski harus berkorban nyawa!" engah Rycca.
Gawat, Ki yang aku miliki nampaknya sudah mulai mencapai batas..
"Kelihatannya kau sudah sampai pada batasnya ya, aku masih bisa mencipta banyak Ariea berkat azimat Zephyra ini. Cabik dia para Ariea!!!"
Rycca hanya bisa pasrah, sekujur tubuhnya menjadi sangat berat karena mengalami psyche down yaitu kehabisan psyche. Pada saat genting itulah lesakan energi murni merasuk masuk kedalam tubuh dan membuat Rycca punya cukup Ki untuk bisa merapal mantera sihir pembalik keadaan yaitu Requiem, yang kekuatannya diatas Dismissal guna meniadakan makhluk summon sekaligus mencegah pemanggilnya menggunakan mereka kembali.
"Keparat kau Rycca!, darimana kau mendapat Ki secepat itu dan kenapa justru aku yang merasa makin lemah."
"Nampaknya keberuntungan telah memihakku sekarang Herecy, menyerahlah secara sukarela atau kupaksa kau menyerah!" ancam Rycca merapal jilatan api Pyrallis.
"Omong kosong! sudah kubilang aku takkan terkalahkan selama aku punya azimat Ze- eh? dimana benda itu?" celinguk Herecy sambil memegangi tiap jengkal lehernya tempat azimat itu dulu tersemat.
"Sekarang bagaimana?" repetisi Rycca.
"Aku mungkin kalah, tapi aku takkan sudi menyerah padamu!"
Kalimat itu masih menggaung ketika sosok Herecy perlahan mulai terurai dari pandangan Rycca sebagai aksi dari penggunaan sihir teleportasi.
"Dasar pengecut!" rutuk Rycca sambil memupus pergi jilatan api Pyrallis yang dirapalnya. Kemudian bergegas memutar badan kearah kereta kuda yang tadi mati-matian dia lindungi, hanya mendapati kenyataan bahwa kereta sudah tak lagi berpenghuni. Rycca mengucap serapah karena frustrasi, pikirnya ketiganya telah berhasil diculik oleh kaki tangan Herecy waktu penjahat licik itu berpura-pura melemah dan berteleportasi setelah maksud tujuannya tercapai.
"Mereka sudah berteleportasi ke tempat yang aman," interupsi sebuah suara dibalik punggungnya.
Rycca secepat kilat merapal ulang jilatan api Pyrallis lalu melontarkan secara beruntun ke arah suara, dia tak mau lagi mengambil resiko apapun saat ini.
Serangan Rycca menembus udara kosong dan menghantam segunduk pasir yang terbentuk sesaat lalu akibat pusaran beliung pasir Ariea.
"Whoa! Hati-hati dengan bola api itu, kau hampir mengenaiku gadis kadal," protes suara itu.
"K-kadal?! berani sekali makhluk rendah seperti dirimu menghina seorang Lusard!" dengusnya sambil mengarahkan serangan kearah asal suara. Sekali lagi serangan Rycca menjadi sia-sia karena sosok yang berbicara sudah tak lagi berada disitu.
"Keluar dan hadapi aku, pengecut!!"
"Aku bukanlah musuhmu apalagi seorang pengecut," tegas sesosok manusia fana yang muncul tiba-tiba dan telah berada sejarak rentang tangan di depan Rycca begitu ia mengedipkan mata. Tak siap dengan kemuculan mendadak ini membuat Rycca kehilangan keseimbangan dan terjengkang namun tak menghalanginya untuk melancarkan serangan lanjutan walau dia tahu itu sia-sia.
"Jika kau berani menyerangku sekali lagi, aku tak akan segan membalasnya nona Lusard!" peringat si jubah kelabu yang menempatkan diri sedikit terbatuk dengan kuaran debu akibat serangan Rycca tadi.
"Aku akan terus menyerangmu sampai kau membebaskan ketiga orang itu!" ucap Rycca sambil berpindah tempat beberapa meter dari si jubah kelabu lalu mulai merapal sihir pamungkasnya yang berwujud amukan beliung api.
"Ya ampun, kau keras kepala juga ternyata," hela si jubah kelabu lalu melesat maju dengan kecepatan kedipan mata dan menyarangkan satu pukulan telak kearah ulu hati Rycca.
"P-engecut," desisnya sebelum kesadarannya tercerabut dari tubuh
"Tidurlah sebentar, kita bicara nanti saat kau bangun nanti," bisik si jubah kelabu.
『End』
KAMU SEDANG MEMBACA
Al.Terra Chronicle : Archivar
RandomTerdampar ke dunia antah-berantah bisa dibilang hanyalah isapan jempol, khayalan konyol, imajinasi berlebihan bahkan hanya halusinasi. Namun, kala alam semesta menghendaki hal itu terjadi; apakah itu sebuah kekonyolan ataukah pertanda kalau kejadia...