Akibat serangan tanpa ampun dari penyamun yang sering terjadi di siang hari, beberapa pedagang mengalihkan waktu perjalanannya ke malam hari dan itulah yang juga ada dalam pikiran Vorace. Iringan pedati sang pedagang kini tengah mendekati perbatasan antara hutan dengan Ranah Sabbia, dia bersama rombongan yang begitu sumringah karena tak ada satu pun penyamun yang menghadang jalan. Namun, ekspresi mereka tak lama kemudian menegang ketika dari kejauhan melihat berkas sinar api unggun.
"Ada apa?" tanya Vorace yang terbangun karena hentian dadakan kereta penumpang.
"Ada api perkemahan tuan," ucap ketua rombongan petualang yang bernama Garda.
"Tunggu apa lagi, sergap mereka sebelum membuat masalah!" titah Vorace.
Garda bersama dua petualang lain yang sama-sama disewa Vorace untuk mengawalnya, memutuskan untuk mendekat ke arah sumber cahaya dengan mengendap agar bisa menaksir potensi bahaya yang akan dihadapi mereka nantinya.
Namun aksi mereka menjadi sia-sia karena justru mereka yang kena sergap, dua rekan Garda seketika tumbang terkena dart pelumpuh. Sementara dirinya tak bisa berbuat apa-apa karena lehernya telah tertempel bilah tajam yang siap mencabut nyawa kapan saja.
"Apa maksud kalian mengendap ke arah perkemahan kami?" tanya sosok yang ternyata wanita.
"K-kami minta maaf. Kami kira kalian penyamun," apologi Garda dibawah ancaman bilah tajam di lehernya.
"Semestinya lebih waspada dengan ini tuan petualang," ucap sosok kedua yang kemudian meminta wanita itu menyingkirkan bilah tajam yang menempel di lehernya. "Pemikiran yang bagus dengan mengubah waktu, tapi mengintai dengan tiga rekan itu tak disarankan tuan Garda," lanjutnya.
"Tuan Asche!?"
......Flashback Start.....
Beberapa saat yang lalu..
"Saatnya gantian jaga," gumam Kara saat dirinya membuka mata pasca terlelap entah berapa lama dan menemukan sosok tuannya itu masih dalam posisi yang sama sejak dirinya undur diri untuk tidur.
"Aku tak apa, kau kembali tidur saja," respon Asche saat Kara meminta untuk bergantian jaga.
"Saya sudah cukup tidur, anda tidak tidur?"
"Sempat tidur tadi, aku meminta Pekko untuk gantikan jaga."
"Maafkan saya."
"Tidak apa-apa, kuperhatikan kau sangat lelah jadi tak sampai hati membangunkan."
Hening, keduanya hampir tak punya bahan obrolan lain setelah itu tapi gerik mencurigakan di sesemakan menyelamatkan keduanya dari rasa canggung.
"Pucuk dicinta ulam tiba," gumam keduanya.
.....Flashback End.....
"Maaf terlanjur menyerang. Kami pikir kalian sisa-sisa penyamun Meerd'baum yang ingin membalas dendam atas apa yang terjadi pada rekan dan pemimpin mereka," ucapnya sambil meminumkan paraheal pada petualang yang dilumpuhkan oleh Kara dan meminta gadis itu melakukannya juga pada petualang yang satunya lagi.
"Ternyata para penyamun itu telah anda basmi, untuk itu saya sangat berterima kasih."
"Aku bertemu mereka secara tidak sengaja."
"Dan darimana anda mendapat gadis budak itu?"
"Aku menyelamatkannya dari para penyamun dan dia sudah bukan lagi budak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Al.Terra Chronicle : Archivar
RandomTerdampar ke dunia antah-berantah bisa dibilang hanyalah isapan jempol, khayalan konyol, imajinasi berlebihan bahkan hanya halusinasi. Namun, kala alam semesta menghendaki hal itu terjadi; apakah itu sebuah kekonyolan ataukah pertanda kalau kejadia...